Selasa, 05 Juni 2012

Senandung Kupu2


SENANDUNG KUPU-KUPU
Oleh: Arif Budiman[1]

 
Setelah perjalanan panjang, akhirnya aku sampai di Malang, kota yang sejak pertama aku kunjungi sangat mengesankan. Aku adalah laki-laki sederhana. Aku seorang guru honorer yang tinggal di Jakarta. Aku akan bertemu dengan tunanganku, sebut saja namanya Noni. Wanita modis yang selalu ingin tampil trendy. Sangat berbeda dengan karakter dan gayaku yang sederhana. Sebulan sebelum lamaran, aku pernah dimintanya untuk datang sendiri ke Malang. Rupanya itu pertemuan yang sangat penting. Tujuannya ia mau jujur dengan keadaannya. Cerita yang sangat mengagetkan. Ia mengakui dirinya yang tak lagi perawan. Jantungku berdegup kencang. Saat kutanya dengan siapa..?. Dalam situasi shok yang luar biasa, Aku tak ingin mendengar ketidak perawanannya bersama laki-laki yang selama ini sangat dibanggainya, Aldy. Laki-laki ini yang hamper tak pernah bias dilupakannya. Bahkan wallpapernya selalu ada gambarnya.
Saat itu Ia menjawab bahwa ketidak perawannnya terjadi dengan Cecep, kakak kelasnya di SMA Bogor
Sejak saat itu aku berharap itu ceritanya yang terakhir. Cerita yang sangat mengerikan. Cerita yang paling kutakutkan. Aku tak membayangkan akan mendapati nasib seperti ini. Paling anti dengan cerita itu, tapi malah mengalami. Dada terasa sangat sesak..!!! Sesudah itu, aku memintanya untuk membuka semua masalahnya yang lain. Aku tidak ingin ada yang ditutup-tutupi lagi. Dan pada akhirnya aku harus berbesar hati untuk menerimanya.
 Bulan Januari lalu aku telah melamarnya. Aku telah menerima semua keadaannya.
Tiga bulan setelah lamaran, hubungan kami tidak terlalu baik. Ada banyak persoalan muncul. Komunikasi kamipun sangat buruk. Aku sih menyebutnya tidak layak disebut sebuah hubungan apalagi sudah tunangan. Kabar terakhir darinya, ia mengatakan sedang terjerat hutang hingga 80 juta. Sementara aku sendiri tak bias membantunya. Di saat yang sama. Usaha Jasa yang sedang kuseriusi di Jakarta pun belum menunjukkan hasilnya, rencana investasi dari seorang kawan pun tak ada kabarnya alias gagal. Sementara mengandalkan gaji guru honorer, jelas sangat tidak mencukupi. Hubungan kami kian hari kian tak berarti. Komunikasi SMS jelas tak akan digubrisnya artinya sebab ia paling anti SMS. Ia maunya ketemu, sementara kondisi ekonomiku sedang carut marut. Itulah latar belakang mengapa malam itu aku ada di rumahnya.  Aku memang harus bertemu dengannya. Aku sengaja menemuinya. Bertemu mamanya, tanpa ayahnya sebab saat aku datang, ayahnya ada keperluan di Jogja. Malam harinya Nonie bercerita tentang masa lalunya. Di rumah sejuk dan Indah Gondang Legi, Malang Selatan.
Malam itu aku sedang ada di rumahnya.
Saat ia mulai cerita, aku menarik nafas panjang, membuka ruang-ruang di dada ini selebar-lebarnya untuk sebuah cerita yang bisa jadi jauh lebih berat dibandingkan dengan cerita tentang dirinya yang tak lagi perawan. Ia mengajakku masuk ruang keluarga saat jam menunjuk pukul sembilan malam. Tak lama setelah aku menemani Rio, sepupu Nonie mengantar pesanan lele di Pasar Gondang Legi. Sedari kemarin kulihat senyumnya ceria. Aktifitas hariannya biasa. Ia lebih cerah dibanding dulu. Ia kini lebih tenang. Sejak dari Jakarta, yang terbayang pasti wajah muram dan sedihnya. Tapi kini senyumnya sedikit lebih asli walau sejuta masalah sesungguhnya sedang menggelayuti pikirannya.
Aku bersikap biasa layaknya aku yang pendiam. tapi sekalinya bicara bisa nylekit atau juga sangat berkualitas seberkualitasnya filsafat eksistensialisnya Mulla Shadra yang menjadikanku sedikit kuat menghadapi realitas hidup ini. Itulah yang mempengaruhi untuk tidak takut. Bahkan untuk mendengar cerita paling mengerikan sekalipun. Laki-laki lain pasti akan lari tunggang langgang dan memilih menghilang dari garis edar kehidupan. Aku tidak...!!! Ada kekuatan besar yang meneguhkan jiwa yaitu kesadaran eksistensial dalam konsep Khuduri yang dimaknai sebagi yang ultimate sebagai penyebab pertama yang mengawali semua sebab dan akibat-akibat. Saat pemikiran itu mempengaruhiku, aku telah menjadi sangat tenang. Walau sebenarnya masih ada rasa khawatir jika apa yang akan kudengar adalah berita yang paling tidak kuinginkan. Misalnya ia juga sudah bersetubuh dengan mantannya yang sampai sekarang masih ada hubungan atau kontak. Tapi aku sudah menyiapkan piranti hati dan pondasi-pondasi filosofis sebagaimana yang pernah dia katakan "Semua berasal dari Tanah dan akan kembali Ket Tanah" setidaknya Nonie ingin mengatakan bahwa tidak ada kesempurnaan yang dibanggai manusia semua berasal dari tanah.
Hatiku bertanya-tanya saat Nonie memanggil dan memintaku duduk di ruang keluarga yang hanya diterangi cahaya Neon berdaya 25 Watt. Diatas ruang dimana kami duduk itu terdapat roda yang sengaja dipajang tepat diatas kepala. Ini pasti ada sesuatu yang sangat serius….!!! Sebab biasanya jika ia sudah mengajak seperti itu, biasanya ada yang benar-benar serius. Aku malah sedang diliputi rasa berdosa karena lama tak menghubunginya atau menemuinya. Sejujurnya memang karena faktor ekonomi. Alasan penyelesiaan Novel yang tentu akan mengganggu pikirannya. Aku tak mengerti apa arti novel atau tulisanku baginya. Senyatanya aku justru sangat ingin menemuinya. Aku ingin langsung mendengar semua keluhannya daripada komunikasi lewat telpon apalagi sms.
Jantungku makin deg-degan sebab ia bicara dengan nada yang sangat pelan. Padahal pelan suaranya semata agar tidak mengganggu suasana yang sudah malam dan takut mengangganggu adek dan mamanya yang tengah tidur. Kutahu Mamanya telah begitu lelah seharian dari mengurusi rumah, juga menelpon pelanggan lele yang beberapa hari terakhir ini cukup ramai. 
Wajahnya melihat ke arah pintu samping TV flat besar di ruang keluarga. Ia inginpastikan suaranya tidak keras karena mengganggu Mama dan adiknya. Tapi nampaknya adeknya Ninis masih terjaga. Rupanya ia sedang menonton sinetron kesukaannya.
Mas….!! Tiba-tiba Nonie membuka bicara. “Ini saatnya saya mesti bicara dengan Mas Ai takutnya tidak ada waktu buat bicara karena besok Selasa Mas Ai harus bersigera menuju Jakarta.
“Sebetulnya niatnya sudah dari kemarin untuk ngomongin masalah ini. Aku sedang mencari momen yang tepat. Aku sedang mencari bahasa yang pas agar tidak kesalahan saat bicara. Makanya baru malam ini, aku coba untuk bicara ke Mas Ai”. Kulihat ia serius tapi santai. Jantungku makin deg-degan tapi tidak sekeras deg-degan saat aku mendengar berita ketidak perawanannya. Mendengar cerita yang pertama, aku tidak bermasalah. Aku siap dan aku juga menerima. Hal yang sama pada cerita kedua ini, aku juga harus siap. Selama ini ia menyampaikan cerita secara perlahan dan sedikit demi sedikit. Aku tidak tahu kenapa….!!! Mungkin karena keterbatasan waktu atau ia menunggu saat tepat. Ia seperti ibunya yang sangat pelan saat cerita. Tak jarang menggunakan bahasa kiasan. Aku sesungguhnya agak kecewa saat Mama dan juga Ayahnya masih saja menutup-nutupi apa yang sebenarnya tentang diri anaknya padaku. Tentu karena beliau sangat berharap padaku.
Aku terlanjur diposisikan seperti anak bodoh. Walau lagi-lagi dasar filosofis dan kesiapan hati cukup membantuku. Namun jiwa manusiawi berkata kenapa aku mudah dibohongi….?? Disisi lain jiwa bijakku mengatakan bahwa Dia tidak seperti itu. Dan pada akhirnya aku telah menjadi sangat pengertian.
“Mas Ai, sebenarnya ada sebuah cerita yang Mas Ai sudah pernah dengar. Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan. “Aku seorang pemakai….!!!!” Aku tidak terlalu terkejut jika beritanya tentang dirinya yang pemakai sebab aku sudah tahu saat di Bandung. Aku dan Dia pernah sama-sama membuang barang haram yang dibawanya itu di Kamar mandi dulu saat silaturahmi tiga hari di Bandung (rumah mbahnya). Aku tahu bahwa ia seorang pemakai. Aku kaget tapi  aku tidak pernah takut dengan semua cerita-cerita bahkan yang paling menakutkans sekalipun. Bagiku kisah paling menakutkan dan paling mengerikan bagiku adalah saat manusia masih membanggai ketiadaan Tuhan. Mereka adalah manusia yang lebih memilih kebahagiaan sesaat dengan mengumbar nafsu bejatnya. Atau membanggai kelakuan bejatnya dengan menodai kehormatan wanita.
“Kalau tentang Engkau Pemakai, aku sudah tahu. Adik pernah cerita dulu saat di Bandung” Buru-buru Ia menjawab  itu betul tapi bukan itu. Ia berhenti sesaat dan buru-buru melanjutkan. “Mas Masih ingat saat mama cerita tentang Aldi…..!!! Jrengngng.. Jreng..jreng ….!!!. Aku sontak kaget. Dalam hati mengapa nama itu lagi yang selalu muncul dalam hubungan ini. Lagi-lagi selalu terkait dengan Aldi, mantannya. Semua ada kaitanya dengan Aldi…!!!!” Aku sangat tersentak saat ia menyebut nama seseorang yang aku hampir tak kuat mendengarnya. Bukan karena Aldinya jahat sebab di mataku laki-laki itu baik bahkan sangat baik. Jika tidak, tidak mungkin ia akan dekat dengan Nonie. Aldilah yang selama ini telah mendampingi semua masalahnya. Makanya aku tidak pernah setuju jika Aldi dinilai jelek hanya karena aku yang kini akan menikahinya. Tidak aku tidak setuju jika Mama dan juga ayahnya melakukan hal itu.  Aku justru selalu memberi peluang pada Nonie untuk memilih lelaki terbaik. Aku selalu memberi kesempatan padanya. Aku menyilahkan Nonie untuk orang lain. Intiny selama pilihan itu akan membuat Nonie bahagia.
 Semestinya aku tidak berkata seperti itu. Aku hanya tidak ingin diduakan. Aku tidak ingin dikhianati, ditipu ataupun dibohongi. Karena aku mencintainya. Persolan kompleks menjadikannya dalam posisi sulit. Sementara aku telah menilainyaa sebagai wanita yang mudah beralih, sebab saat berhubungan denganku ia juga masih berhubungan dengan Aldy. Ada seorang teman dekatnya dulu mengatakan bahwa cinta mereka tak bisa dipisahkan. Jika itu benar berarti aku selama ini adalah penghalang. Aku tidak mau merusak hubungan mereka.
Aku tak tahu apa arti senyumnya malam itu. Terang cahaya Lampu memperjelas ceria senyumnya malam itu. Selama bersamanya, sedikit banyak aku telah memahami apa dan bagaimana arti mimik wajahnya, bagaimana mimik saat ia jujur dan bagaimana mimik saat ia berbohong. Saat aku tak mampu mengartikan mimiknya, rasanya rahasia Tuhan adalah tantangan menarik untuk membiarkan semua. Biarkan rahasia itu ada dan disimpannya. Biarkan senyumnya tak bisa kupahami walau dalam kenyataannya mungkin kebohongan sekalipun. Dan dalam kasus terakhir kebohongannya bias aku terima alias tidak bermasalah sebab ada alasan logis kenapa harus berbohong. Karena lama terdiam dan Nonie tidak cerita soal Aldi itu, makanya aku  justru menyakan Aldi. “Apa kaitanya Aldi…!!!??” Dalam hati, jadi ternyata memang benar semua bahwa Aldy memang tak bias terpisahkan. Memang ia adalah tujuannya akhirnya. Memang kuncinya ada padanya.
Apa maksud Nonie bahwa semua ada kaitanya dengan Aldi.??
Buru-buru ia menjawab “Bukan-bukan,, Bukan Aldi….!!! Maksudnya bukan ia yang jadi pemikiranku. Lalu..??? Cepat aku balik bertanya.
“Mass……< sejujurnya ada masalah lain yang mau aku sampaikan. Aku mau hubungan kita ke depan semua berjalan  dengan baik tidak ada yang getun di belakang dengan adanya perjodohan ini. Aku berat mau mengatakannya”. Ia tertunduk. Sejauh ini, aku melihat banyak hal positif terjadi padanya. Ia mulai berani untuk terbuka. Tak ada lagi yang ditakutkan sebagaimana saat ia ingin menjelaskan bahwa dirinya yang tak lagi “perawan”. Mungkin karena Ia telah tahu bagaimana aku saat mendapati masalah. Ia sudah cukup mengerti karakterku. Katanya Mas Ai  orangnya bisa Nrimo. Katanya lagi Mas Ai itu orangya sabar. Bahkan sangat sabar.
Awalnya agak ragu-ragu ia mengatakan, kulihat ia beberapa kali menarik nafas panjang. Sejurus kemudian ia terlihat lebih tenang. Tanda bahwa ada sedikit rasa takut lagi yang menyelimutinya.
Aku terjerat hutang dengan  Bandar Narkoba????
Mendengar kalimat itu meluncur darinya, rasanya aku tidak perlu merasa terkejut. Aku tidak perlu terkejut sebab berita tentang ketidak perawanannya saja, aku bisa terima. Apalagi sekedar berita soal hutangnya. Meski demikian ini soal sangat serius.
Bayanganku tertuju ceritanya saat di Bandung, juga pada cerita Aldi yang pernah nemuin ortu-nya yang mengatakan bahwa Nonie saat itu sedang ada transaki Narkoba di suatu tempat di bilangan Jakarta. Waktu itu Mama dan Ayahnya tidak terima. Tidak percaya jika Nonie terlibat narkoba…!!
Dan dengan kejujurannya bahwa dirinya terlibat hutang dengan Bandar Narkoba pasti ada kaitanya dengan cerita Aldy dulu. Dan sejujurnya aku sudah percaya pada cerita Aldy itu, sebab memang ia pengguna Narkoba. Kami (Aku dan Nonie) pernah sama-sama membuang benda itu di toliet di Bandung. Maka saat Aldi pernah mengadu dan mengatakan bahwa Nonie terlibat dengan Bandar Narkoba, maka sebenarnya berita itu ada benarnya. Aku menduga bahwa Nonie terlibat lebih jauh dengan kegiatan yang satu ini.
Terusss…!! Aku memintanya untuk melanjutkan ceritanya.
"Baru-baru ini Arjen menelpon minta bayaran atas dua paket Narkoba yang pernah aku pakai”. Aku sendiri sangat kaget dengan adanya hal tersebut.
“Koq Dia (Arjen) bisa tahu Non ada di Malang..??
“Dari GPRS-ku yang aktif." Aku berusaha tarik nafas dalam-dalam. Lagi-lagi terpikir dalam benakku cerita heboh apa lagi...?? Sepertinya masalah tidak akan pernah beralih darinya. Dari yang berat hingga yang ringan. Bencana di tipu orang ratusan juta beberapa waktu yang lalu pun belum tuntas. Hal yang sama pernah dialami orang tuanya saat kerja sebagai agen PJTKI yang mengharuskan ibunya masuk penjara. Kini nasib yang sama menimpa anaknya alias Nonie, calon istriku dibelit hutang nasabah yang menginvestasikan dananya lewat dirinya.
Malam itu, ia melengkapi ceritanya bahwa dirinya sedang dikejar-kejar Bandar Narkoba. Namanya Arjen, temen kuliahnya dulu saat di Depok. Ia sengaja dating untuk menagih. Arjen kini telah tahu dimana Posisi Nonie.
“Aku sangat takut Mas. Sumpah aku sangat takut…!!”  Kata-kata ancaman paling mengerikan pun terucap yaitu saat Arjen mengatakan bahwa semua hutangnya yang total mencapai angka 50 juta akan selesai saat Non mau melayani semua nafsunya atau melayani nafsu bejatnya. dan itu disampaikannya berkali-kali dalam beberapa pertemuan terakhir di Kota Malang yaitu saat bertemu di Matos (Malang Town Squere).
Sesungguhnya aku sedang mulai mengerti kenapa Aldi mati-matian tak bisa lepas dari Nonie karena ia ialah laki-laki yang selama ini telah membantu Nonie menuju kesembuhannya dari ketergantungannya pada Narkoba. Aldi yang mengorbankan pekerjaannya untuk menemani penyembuhan Nonie di puncak. Itulah sebabnya kukatakan bahwa Aldi orang baik. Kedua semua pengorbanan telah diberikan Aldi dari harta dan waktu dan juga tenaga. Wajar jika hingga saat ini Aldi tak pernah bisa melepaskan Nonie begitu saja. Dan aku sudah bisa memahaminya.
Tapi… disaat aku sudah mulai memahami Aldy, kini muncul nama baru. Nama dari seseorang yang telah memberi kontribusi paling besar hingga Nonie terlibat dengan obat-obatan. 
Malam itu, Nonie mau menceritakannya. Arjen tiba-tiba datang dan meminta bayaran atas paket Narkoba yang pernah dikonsumsi-nya, Dan yang lebih parah adalah, Nonie dihadapkan dengan ancaman jika tak mampu membayar atau melunasi kekurangannya. Arjen berkali-kali menawarinya dengan tawaran yang bagiku sangat mengerikan.
“Ia bilang hutangku akan lunas jika mau menuruti keinginannya…!!” Nonie mengatakan di telingaku pelan. “Arjen beberapa kali Ngomong kaya gitu..!!!”
 Aku sangat tersentak. Wajahku mungkin membara seperti bara baja yang mencair di pabrik sana. Sebab ini paling kutakutkan. Walau aku siap mendengarnya. Haruskah aku juga merombak keyakinanku bahwa tidak ada wanita yang terjaga.Apakah memang tidak ada lagi wanita yang aman dari hal-hal semacam itu.
Kini yang kukhawatirkan adalah Arjen. Satu sisi aku belum mampu menyelesaikan masalah hutang-hutangnya. Kini Ia ternyata menghadapai masalah baru yang nilainya hamper sama dengan hutang-hutang yang sedang membelitnya.
Di akhir pembicaraan itu ada SMS masuk ke HP Nonie. Isi SMS itu, ia tunjukkan padaku. Halo Gimana Kirimannya.??? Sudah tak usah bingung-bingung. Temui aku di kamar "Hotel Madurasa"  kamar 201. Temani aku bermalam disana maka semua hutangmu Lunas...!!!.



[1] Arif Budiman, Aktifis CENTER (Community of Nation Character Building) atau komunitas Guru Untuk Pembentukan Karakter Bangsa.  Guru MAN 21 Jakarta. Saat ini sedang menempuh S2 Islamic Philosophy, ICAS Paramadina. Alamat Rorotan Cilincing Jakarta Utara. Telp. 02141872917. E-mail: tirta_pawitra@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini