Selasa, 20 Desember 2011

RUMI DAN INILAH YANG SESUNGUHNYA


RUMI DAN INILAH YANG SESUNGGUHNYA
Oleh: Arif Budiman[1]
Fihi Ma Fihi adalah buku yang disusun untuk menunjukkan mana yang sesungguhnya dari kehidupan ini. Judul aslinya bertajuk Fihi Ma Fihi yang kemudian diterjemahkan menjadi inilah apa yang sesungguhnya oleh A.J Arbery. Dalam bahasa Inggris diterjemakan menjadi “In It Is What In It”. Buku ini menjelaskan dengan sangat gamblang bagaimana jalan-jalan untuk memahami makna yang sesungguhnya hidup ini. Buku ini adalah karya Jalaludin Rumi Sufi terbesar dunia yang memiliki pengaruh sangat besar dalamdunia sastra dan pemikiran para sufi. Buku ini sesungguhnya merupan catatan yang ditulis oleh murid-murid Rumi saat mengikuti sesi pembelajaran di kelas.
Rumi adalah tokoh sufi yang hidup antara tahun . Awalnya ia adalah seorang pencari kebenaran dalam arti pencari kebenaran intelektual lewat buku-buku literasi ilmiah yang bertumpuk dan seorang pengajar dalam sebuah majelis-majelis ilmu. Dalam perjalanannnya menuju pencarain itu ia bertemu dengan seorang yang secara tiba-tiba masuk dalam ruang pembelajarannya dan membakar buku-buku Rumi yang dipakai dalam pembelajaran itu. Tentu saja Rumi sangat kaget dengan kelakuan yang dilakukan orang yang baru datang di majelisnya itu.
Inilah sesungguhnya peristiwa mahapenting dalam spiritualitas Rumi tentang bagaimana cara berpikirnya tentang kehidupan mengalami perubuhan. Kejadian itu adalah awal baginya untuk memaknai apa yang sesungguhnya. Bahwa apa yang ada dalam kehidupan ini sesungguhnya adalah pencarian dan upaya untuk menggapai cinta yang hakiki. Sosok laki-laki yang dating dalam majelis Rumi saat itu adalah Syamsudin Tabrizi yang telah mengantarkan rumi menjadi sufi besar sepanjang masa. Kedatangannya yang tiba-tiba telah menyentak alam berpikirnya bahwa tiada yang utama dan penting dalam pencarian hidup ini kecuali kedekatan pada Tuhan. Itulah makna pencarian yang sebenarnya dalam kehidupan. Sejak saat itu rumi mulai menekuni dunia sufi dalam persekutuan abadi dan pencarian hakiki pada Tuhan. Kesedihannya adalah ketika Tuhan jauh dari hidupnya.
Fihi Ma Fihi atau inilah apa yang sesungguhnya yang diterjemahkan oleh A.J Arbery memaparkan dengan sangat elegan tentang perlilaku kita dalam kehidupan. Apakah benar apa yang kita lakukan menuju pada gapaian yang abadi dan hakiki atau hanya mengikuti dorongan pandangan sesaat atau hawa nafsu semata. Atau kesombongan dan kebutaan intelektual dan melupakan hakekat yang sebenarnya dari perjalanan hidup kita yang sebenarnya. Fihi Ma Fihi adalah catatan yang dibuat oleh murid-murid Rumi saat mendengarkan kuliahnya di sesi pembelajaran yang sangat agung dan penuh kecintaan pada Tuhan. Beragam wacana dimunculkan berbagai puisi dalam banyak tema dicpta dalam kalimat-kalimat yang mengalir abakair gunung yang mengalirkan kesejukan,dimana suara gemericik menentramkan Jiwa, percik air yang mengenai muka kita membuat kita bercahaya dalam cahaya Tuhan akhir dari pencarian dan tujuan utama kedamaian.
Tidak tertulis dengan pasti kapan Rumi menuturkan kalimat-kalimat indahnya, sebab bukan itu fakta utama yang ingin dimunculkan dalam uraian uraiannya. Apalagi detik apa kalimatnya meluncur di tengah murid-muridnya yang sangat membanggainya. Ia menuurkan dengan kalimat langsung disusun atau dalam proses pemikiran panjang sebab kalimat-kalimatnya sudah terbangun dan tercipta lewat intusisi yang lama bahwa kehidupan adalah guru yang mengajarkan konseptualisasi dan menjadikan kata-katanya pun penuh makna lagi sulit dibantah sebab ia adalah kebenaran penenial, kebenaran yang dating dari Tuhan, itulah sebenar-benarnya kebenaran.
Tema Fihi Ma Fihi terdiri atas beberapa uraian yang kesemuanya adalah wacana pemikiran Rumi yang diajelaskan dalam bahasa-bahasa kehidupan dan persentuhannya dengan aspek-aspek kehidupan itu sendiri. Wacana-wacana itu adalah pengalaman yang dikuatkan oleh petuah teman sejatinya, Syamsuddin yang menguatkan gagagsan dan ide-idenya tentang Tuhan, manusia, kekuasaan dan moral. Ia banyak menggunakan bahasa-bahasa seperti angin, dahan pohon, ombak, kearifan raja dalam kepemimpinannya. Beliau juga banyak menyajikan ayat Quran dan juga hadits tentang kesejatian dan keutuhan agama dalam menjawab masalah kehidupan yang utama tersebut. Sungguh karya yang sangat inspiratif dan menggugah alam kesadaran kita tentang betapa apa yang ada disekitar kita belum tentu seperti apa yang kita lihat dan rasakan itu.
Tuhan adalah gagasan tertinggi dari semua pemikiran. Semua dibingkai dalam Konsep dan pemaknaan pada Tuhan. Tuhan adalah tujuan utama. Tujuan akhir dari semua pengembaraan Jiwa. PUncak kedamaian dan akhir dari semuacerita. Saat itu terjadi manusiatelah sampai pada Ultimate Goal (Tujuan Sempurna).
Fihi Ma Fihi terdiri dari beragam wacana pemikiran yang sangat menggugah dan menyentuh hingga dasar JIwa, misalnya. Tema yang sama dapat kita baca pada bab lain ketika Rumi dengan sangat baik mengungkapkan pengalaman spiritualnya. Banyak uraiannnya memunculkan Ide tentang Negara atau kerajaan atau dalam wacana itu disebut dengan istilah Amir. Rumi ingin menunjukkan dengan penuh kesadaran dan penyadaran bahwa mana yang lebih penting dari semua persoalan yang ada. Raja atau AMir yang sibuk dengan urusannya dibiarkan oleh Rumi, dengan tujuan untuk menyadarkan bahwa dalam urusan dunia, rakyat dan kekuasaan tidak lebih Indah dari urusan mendekatkan diri dan penyatuan diri dengan kebenaran lewat jalan-jalan Tuhan. Rumi hanya mau menemui sang Amir apabila sang Amir telah benar-benar m,enyelesaikan semua urusannya.
Masih tentang Amir, bagaimana Rumi dengan dengan Amir menjadi penasehat dalam hal spiritual. Bagaiman Rumi memadukan logika atau konsep kekuasaan Tuhan dnegan konsep kekuasaan Raja atau Amir. Saat sang raja demikian khwatir dengan dengan waktunya yang terreduksi oleh urusannya Rumi memberikan jawaban yang sangat menyejukkan. Sebab selama apa yang dilakukan Amir dalam rangka pelayanan pada Umat dan itu sepenuhnya dalam bingkai Tuhan maka itu termasuk Ibadah. Sungguh makna ini sangat mendalam dari semua makna kita saat memaknai kehidupan ini yang sangat sedrhana dan kadang terjebak pada Rutinitas yang menurut kita bukanb Ibadah, padahal Ibadah pada Tuhan sangat universal danmencakup semua wilayah.[2]
Perumpamaan Rumi tentang kebenaran yang sangat dikagumi dan sangat ditekankannya adalah perumpamaan lewat fenomena-fenomena alam seperti daun atau pepohonan. Kita dapat melihat bagaimana Rumi memandang kerendah hataian Rasulullah sebagai tauladan kebenaran dengan menggambarkannya seperti sebuah pohon yang tatkala batangnya menunduk maka batang-batang itu tertahan oleh adanya dahan-dahan itu. Itulah kerendah hatian yang sempurna yang ditunjukan oleh Rasulullah. Artinya Rasulullah adalah taudalan yang menjadi penyangga semua kebaikan yang ada di muka bumi. Subhanallah.[3]
Rumi, sesungguhnya adalah guru Cinta yang sebenarnya dari semua guru atau pujangga Cinta di sepanjang Zaman. Ia sangat elegan menerjemahkan makna Cinta. Terkhusus dalam hal ini adalah cinta pada seorang gadis yang dalam pandangannya adalah bukan terletak pada keindahan fisik namun lebih tinggi dari fisik yang Indah dan cantik itu adalah kecintaan pada apa yang ada dalam diri sebenar-benarnya yaitu kecantikan Jiwa. Rumi menempatkan cinta sejatinya pada Tuhan dan itulah tujuan yang jelas. Bukan orang barat yang tidak mengerti kemana Tujuan akhir dari filsafat yang dibangunnya. Bukan orang barat yang mengatakan bahwa semua tindakanya berasal dari dirinya dan kehendaknya. Tuhan diabaikan, Tuhan tidak punya tempat. Tapi bagi Rumi kalaupun Rumi menggunakan konsep barat tetang evolusi misalnya, gagasan evolusinya adalah gagasan evolusi yang lahir dari konsepnya tentang tujuan akhir yang jelas yaitu cinta pada Tuhan.[4]
Bagaimana juga pandangan Rumi tentang pembelajaran atau ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Tentu tidak lepas dari pengalaman pribadi Rumi sendiri tentang keberalihannya dari seorang penggila kajian-kajian ilmiah beralih menjadi ahli Sufi yang sangat kenamaan. Baginya kebenaran yang ada pada kajian-kajian ilmiah selama ini tidak mampu mengantarkannya pada capaian yang sesungguhnya dari gagasan kesejatian sebab kajian ilmiah dan ilmu-ilmu yang bertumpuk dalam buku-buku itu tidak mampu menggapi ketinggia yang tertinggi yaitu jiwa. Tapi justru kajiannya itulah yang telah mengantarkannya pada kedamaian dan ketenangan sempurna. Itu lebih utama baginya.[5]
Wacana-wacana Rumi sangat kental dengan penyampaian puisi-puisinya yang isoterik; sedikit saya ingin mengangkat satu Puisinya yang sangat menarik dan semuanya sebenarnya menarik. Ini tentang pusinya saat ia ingin mengapresiasi:
Sebagimana Pujangga berkata:
Kamu adalah transkripsi sejati
Dari arketipe Ilahi
Sebuah kaca tempat keindahan Matahari
Memancarkan SInar
Dari dalam dari luar
Kemana saja ia tergeletak
Menerima setiap hasrat
Dan berteriak, “ Inilah aku.”
Dua kekuatan yang tidak asing bagi Rumi dan wejangan spiritualnya adalah Musik dan Puisi. Dua media yang sangat efektif untuk mengungkapkan apa yang sesunggunya dan apa dia pahami tentang konsep kehidupan. Ini jalan Tumi jalan yanb Indah dan sangat Universal sebagaimana Musik dan Pusisi adalah bahasa Universal yang mampu menembus batas-batas peradaban dan juga kangkuhan zaman yang mungkin sangatjauh dari nilai-nilai humanis. Lewat Musik, pertemuan dan upayanya untuk dekat dengan Tuhan begitu terasa. Sangat transendetan dan penenial. Musik menyirep pendengarnya dalam rentak tari Sama yang “memabukkan” semata karena pertemuan dengan Tuhan demikian terasa dangat intim atau sangat dekat.
Puisinya adalah bahasa Jiwa yang murni yang mengalir dari mulutnya kalimat Indah tanpa persiapan tanpa konsep tapi mengalir bak air sejuk di Sungai di satu Gunung yang menentramkan Jiwa. Tentu karena pikiran dan Jiwanya telah terkonsep dalam satu pemahaman dan pemaknaannya yang dalam tentang Tuhan sehingga ia mengalir apa adanya. Tapia pa adanya yang sangat sempurna. Sempurna sebab ia adalah bahasa Tuhan. Puisinya adalah bahasa Tuhan, bahasa yang mengungkapkan keagungan Tuhan dalam dimensi yang Universal dan menembus sekat-sekat pemikiran yang berbeda.
Pada akhirnya Apa yang sesungguhnya ingin disampaikan Rumi pada kita adalah bagaimana kita memahami bahasa kehidupan dengan kalimat yang Indah sebab ia adalah bahasa Tuhan bahasa sempurna. Kalimat-kalimat dalam Fihi Ma Fihi adalah kumpulan kuliah yang Indah yang dicatat oleh murid-muridnya yang saying jika kuliah yang Indah itu tidak diabadaikan dalam sebuah catatan atau buku. Tujuan sejati dan utama dalam perjalanan hidup manusia. Wallu alam Bi Shawab
Bibliography
Amin, Miska Muhammad. Epistimology Islam, Jakarta: UI Press.
Gaarder, Jostein. Dunia Sophie. Bandung: Mizan Pustaka. 2006
Muthahari, Ayatullah Murtadha. Pengantar Epistimologi Islam. Jakarta: Shadra Press. 2010
Muhammad Taqi Misbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer. Jakarta: Shadra Press. 2010
Arbery, A. J . Inilah Apa Yang Sesungguhnya. Yogjakarta. Risalah Gusti. 2002
Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 2002
Schimel, Annemarie. Dimensi Mistik dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 2002


[1] Mahasiswa S2 Islamic Philosophy, The IC Jakarta. Saat ini masih aktif mengajar di MAN 21 Jakarta. E-mail: tirta_pawitra@yahoo.co.id
[2] Hal 13
[3] Hal 141
[4] Hal 271
[5] Fihi Ma Fihi Hal 211

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini