Selasa, 03 Februari 2009

THE THAIBAH

THE THAIBAH

Kisah Cinta di Tengah Euphoria Penegakkan Syariah

Kisah percintaan yang mengharu biru. Kisah yang tumbuh di tengah kuatnya idealisme penegakkan syariah. Bukan tidak suka dengan tegaknya syariah, tapi tegaknya syariah punya makna yang sangat luas, bukan sekedar mengenakan baju rapat, hingga timbul kesan tak boleh melihat mata wanita. Terlebih bagian tubuh yang lain. Penegakkan syariah juga bukan sekedar memotong tangan seorang pencuri yang berdosa. Tegaknya syariah adalah kesadaran bahwa tuhan adalah sentral dari kehidupan manusia. Maka saat kesadaran ber-Tuhan telah ada, saat itulah terjadi penegakkan syariah dalam pengertian yang sebenarnya.

The Thaibah berkisah tentang seorang lelaki bernama Rahman Hakim yang mencintai gadis di luar system pergerakan yang masih muda belia. Gadis muda belia itu bernama Puri Eviyanti. Kisah ini sebenarnya merupakan sebuah tesis yang berusaha menjelaskan bagaimana perbenturan nilai-nilai itu terjadi. Saat Rahman berada dalam kukuhnya idealisme penegakkan syariat, disaat yang sama cinta pada gadis pujaannya itu menyeret Rahman Hakim pada penelusuran doktrin anti pacaran. Sebuah doktrin yang telah lama tertanam dalam benaknya bahkan sejak ia masih SMA. Doktrin itu kini telah “dilanggarnya”. Ia menjadi penganut “idiologi pacaran” namun tidak seperti pengertian pacaran yang banyak dipersepsikan. Ia sesungguhnya sedang mengikuti nuraninya. Nurani tentang dirinya yang membutuhkan wanita. Tapi ia tidak melakukan hal yang dilarang agama dalam arti hubungan yang dibebaskan. Kedekatan pada wanita yang sedang dilakoninya adalah kedekatan insaniyah dalam batas-batas kewajaran. Hingga suatu hari ia tanpa sengaja melihat keindahan sesunggguhnya dari gadis pujaannya, ia pun meminta wanita itu menutup keindahan miliknya.

Rahman Hakim dipertemukan dengan seorang wanita yang sangat istimewa. Ia dikenal sangat digandrungi banyak pemuda. Daya tariknya memang sungguh sangat luar biasa. Hakim kini masuk dalam lingkaran itu. Ia telah di pertemukan dalam pertemuan indah nan bahagia. Sebuah pertemuan yang mengharuskan keduanya masuk dalam ikatan cinta. Itulah saat yang pertama bagi dirinya mengenal wanita ( baca: berpacaran). Selama ini ia hanya membayangkan apa yang dimaksud dengan pacaran, ia hanya mengira-ira tanpa pernah mengalami sendiri.

Proses pacaran itu telah mengantarkan Hakim pada shock yang dalam. Trauma pada makna pacaran yang dilakoni banyak orang pernah dia nisbat-kan pada Puri Eviyanti. Dan nisbat (penyamaan arti) yang dilakukannya adalah sesuatu yang salah sebab Puri Eviyanti tidak pernah melakukan hal-hal yang ada dalam pengertian umum itu. Kedalaman makna pacaran itu sungguh tidak berlaku untuk wanita yang kini ada di dekatnya. Hakim telah membuat kesimpulan yang terlampau sederhana.

Dilihat dari latar belakangnya, Rahman adalah seorang laki-laki yang menilai cinta sebagai sesuatu yang simple, mudah dan tak perlu berbeli-belit. Cinta baginya adalah sesuatu yang mudah untuk didapatkan, cinta adalah seuntai bunga indah yang mekar di taman yang bila kita menyenanginya, maka kita dapat langsung memetiknya. Ternyata cinta tidak sesimple itu. Sesungguhnya cinta melebihi apa yang selama ini dibayangkan. Mendapatkan bunga indah yang tumbuh di taman itu memerlukan usaha yang besar. Dalam cinta dinamakan perjuangan dan pengorbanan. Cinta adalah sesuatu yang menjadikan laki-laki mengencangkan otot tangannya. Mendedag dadanya, menguatkan azzam dan mengukuhkan asa. Cinta adalah sesuatu yang menjadikan kedua mata lelaki menetikkan airnya. Demikian halnya sebaliknya.

Cinta bukanlah bahasa sederhana yang dengan mudah dapat diucapkan. Cinta juga bukanlah mimpi yang menjadikan kain tidur kita basah saat kita bangun dipagi hari. Cinta bukanlah kisah-kisah tentang berbunganya jiwa. Definisi cinta sesungguhnya melampaui semua definisi-definisi yang pernah dibuat para pujangga. Cinta adalah harga yang sangat mahal. Mendapatkannya adalah satu anugrah besar, maka jangan pernah mengabaikan cinta sebab ia sedang sangat nyata mendekati kita

Cari Blog Ini