Rabu, 04 April 2012

SAHABAT ALAM (Jelajah Alam, Jelajah Jatidiri)

SAHABAT ALAM

(Jelajah Alam, Jelajah Jatidiri)

Oleh: Arif Budiman[1]

Alam adalah realitas bagi kehidupan manusia. Sejarah telah banyak mencatat bagaimana penyikapan manusia terhadap alam melahirkan pemikiran mendalam tentang Tuhan dan kehidupan. Fakta sejarah menegaskan bahwa alam yang harus selaras dengan alam sebab manusia dan alam adalah kesatuan integrative yang menjadikan manusia bias memahami dirinya.

Alam merupakan kawan sejati yang mengajari kita tentang nilai-nilai kemanusiaan. Maka semestinya manusia berkawan dengan alam, mengenalinya dan selalu berdamai dengannya. Mengabaikan alam sama artinya melawan hukum Tuhan. Melawan alam sama artinya mengabaikan diri sendiri dan kehidupan.

Hari ini masih ada perilaku manusia yang tidak mau bersahabat dengan alam bahkan memusuhinya. Ada pengrusakan seperti pembuangan sampah sembarangan, penebangan hutan secara liar hingga pengrusakan besar yang mengakibatkan kerusakan besar bernama pemanasan Global (Global Warming).

Melihat segala fenomena yang terjadi tersebut, sudah semestinya manusia segera berdamai dengan alam, mencintai dan merawatnya. Keselaran manusia dengan alam adalah tujuan kita. Proses menuju cinta itu dilalui melalui tahapan-tahapan seperti mengenal dan mendalami segala yang terkait dengan Alam.

Kegiatan seperti panjat gunung, mendaki tebing, dan sejumlah kegiatan alam lainnya adalah salah satu bentuk pengenalan kita pada alam. Semakin kita mengenal alam, semakin kita bisa mengenali diri sendiri. Tidak banyak acara dalam dalam sebuah perjalanan atau pendakian, namun proses dan perjalanan itu sendiri adalah proses yang banyak dan menyajikan fenomena kehidupan yang sebenarnya. Lewat hijau pepohonan, lewat jalan yang terjal bahkan curam, atau gemericik air di pinggir jalan setapak saat perjalanan adalah aspek-aspek pengenalan kita kepada alam.

Saat perjalanan seperti pendakian atau kunjungan budaya ke suku pedalaman itu kita sesungguhnya sedang sangat dekat dengan alam, kita sedang makin mengenali alam dan kita juga sedang makin mencintai alam. Di saat yang sama, kita juga telah menjadi makin dekat dengan yang maha berkuasa atas Alam dan Manusia itu. Dialah Allah SWT.

Akhirnya tentu tidaklah sia-sia semua perjalanan dan kunjungan kita. Medan yang sulit bukanlah kendala. Tapi juga ada pemandangan indah itu adalah petunjuk kebesaran Tuhan. Alam mendidik kita tentang ke-Maha-besaran Tuhan. Alam telah telah memberikan pendidikan berharga pada kita untuk mengenali siapa diri kita yang sebenarnya. Alam telah memberitahu kedirian kita. Kita adalah manusia biasa yang tak perlu menyombongkan diri. Kita adalah manusia biasa yang tidak pantas merusak ciptaan-Nya. Sebaliknya, kita adalah manusia yang harus makin sadar untuk mencintai Alam. Dan makin dekat dengan Tuhan Tuhan, Allah SWT. Wallahu A’lam Bis Shawab



[1] Arif Budiman, Pembina Pecinta Alam MAN 21 Jakarta. Jl Tambun Rengas Rorotan Cilincing Jakarta Utara. Telp 02141872917

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini