Selasa, 03 Juli 2012

LEIBNIZ MASIH TERTUHAN


LEIBNIZ MASIH TERTUHAN
(Sisa Kesadaran tentang Tuhan di Era Pencerahan menuju Modern)
Oleh: Arif Budiman[1]

Tuhan adalah tema utama dan paling disoroti dalam filsafat. Bahkan kajian tentang Tuhan menyita hampir semua waktu yang pernah digelar di hampir semua diskusi pemikiran ini. Tuhan adalah tema yang sangat mendasar dalam alam pikiran manusia. Sejak awaal manusia bersentuhan dengan Alam hingga ada keterangan dan doktrin-doktrin ketuhanan, manusia terus terikat dalam tema tentang Tuhan sebagai entitas pokok dan mendasar dalam pemikirannya. Ada kesadaran dan pelarian dari realitas ini.
Salah satu Filosof abad Modern yang terkena badai modernisme tapi sesunngguhnya masih konsern pada bahasan tentang Tuhan, adalah Leibniz. Hal ini tidak dilakukan oleh filosof-filosof yang menganggp selesai pembahasannya pada tema tentang Tuhan. Dan sesudah ini memang telah dengan sangat cepat perkembangan gagasan yang mengabaikan Tuhan. Setidaknya Tokoh paling depan yang membawa konsep anti tuhan seperti Karl Marx dan juga Nietsche dan dilanjutkan beberpa filusuf lain berkembang dan mempengaruhi dunia pemikiran hingga waktu yang sangat panjang. Kerusakan peradaban pun adalah hal yang tak bisa dielakkkan dari pengingkaran pada konsep Tuhan.
Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan dan memperlihatkan kepada sidang pembaca betapa, kebangkitan eropa telah dimulai dan geliat perubahan fundamental terjadi dalam setiap aspeknya. Sayang kebangkitan itu dibangun di atas tuduhan bahwa agama adalah penyebab kehancuran yang ada selama ini dan itu dilakukan oleh kalangan agama. Dan pada akhirnya agama dan salah satunya tema tentang tuhan dipaksa bungkam dari pentas pemikiran dan juga hasil peradaban. Atau lebih spesifik di atas bangunan pemikiran tentang Tuhan. Sehingga Tuhan dipersalahkan. Tuhan di anggap sebagai biang atau penyebab kemunduran. Antitesisnya tentu Tuhan harus dianggap tidak ada. Tiada Tuhan adalah ide yang sangat kuat bercokol pasca abad pertengahan. Sehingga jika masih ada filosof yang masih menganggap keberadaan Tuhan, tentu menunjukan masih adanya mutiara yang tersisa. Sehingga masih ada yang perlu diselamatkan dari alam pemikiran ini.

Boigrafi Leibniz
Liebniz nama lengkapnya Wilhelm Leibniz dilahirkan di Leipzig, Jerman. Ia hidup antara tahun (1646 – 1716) Ayahnya seorang Filosof Moral. Menunjukan bahwa dalam dirinya telah tertanam tentanga nilai-nilai agama yang sangat mendasar dan telah lama berkembang di Eropa.. Masalah-masalah individualitas menjadi tema favoritnya. Ibunya Chatarina Schmuck adalah seorang putri dari seorang ahli hukum. Ayahnya meninggal saat Leibniz berumur 6 tahun. Saat memasuki usia 8 tahun, Ia dimasukan dalam sekolah Nicolai di Leipzig disini ia mempelajari bahasa Latin. Dalam usia yang masih muda, ia sudah memperlihatkan kegemarannya pada kakjian imu pengetahuan. Ia senang membaca karya-karya klasik, filsafat scholastik dan puisi-puisi kuno.
Saat masih kuliah ia secara serius mempelajari ilmu hukum, Filsafat dan Mathematika. Ia menyelesaikan sarjana mudanya dengan thesis yang berjudul “The Principle of Induviduation” Di Usia 20 tahun Leibniz memperoleh gelar doktornya dalam bidang hukum. Beberapa tulisannya dalam bidang hukum dan filsafat diterbitkan. Beberapa karyanya seperti “Meditation of Knowledge”, Truth and Ideas, Discurses of Methaphisics, Primary Truth,  New system, On the Ultimate of Orogination of Things, On natuture Its Self, Teodicy, Monadology dan Prnciplesof nature dan Grace.
Karena kesibukannya, Leibniz tidak sempat mensistemasikan filsafatnya dan berkat Cristian Von Wolff (1679 – 1786), filsafat Lebniz menjadi sistem. Leibniz meninggal pada tahun 1716. Saat dimakamkan, hanya sekretarisnya yang mendampingi peti matinya.Padahal selama hidupnya Leibnizz sangat aktif. Tentang Leibniz, orang jerman berkata, “Er Wurde beer digt wie ein Hund” artinya “Ia dikuburkan seperti seekor anjing”

 Pemikiran Tentang Tuhan
Sesunggunya ia masih memiliki konsep Tuhan yang sama dengan para filosof di zamanyya sebagaimana Spinoza, Descartes dan juga Blaise Pascal yang sama-sama membincangkqn tema tentang Tuhan. Walau sesunggunya pemikirannya ia munculkan dalam bentuk dan Casing yang berbeda. Persamaannya terletak pada konsep tentang Substansi yang kalau menurut Sinoza ada tiga konsep Substansi yaitu Allah, pemikiran dan keluasan. Kalau menurut Leibniz, substansi itu ada satu yang memancar dalam  apa-apa yang terlihat di dalam alam.
Meskipun terfokus pada tema individu sebagaimana semangat zaman pencerahan yang menekankan pada aspek individu, Leibniz pun membangun pemikiran tentang Tuhan dalam mekanisme individu yang disebabkan oleh adanya pengada yang pertama.
Fokus pokok Lebniz saat membahs tema Tuhan adalah terdapat pada eksistensinya. Menurut Liebniz eksistensi alam semesta adalah alat yang kontingen. Dalam argumentasi kosmologisnya, Liebniz menerima adanya penyebab mundur yang tidak terbatas (infinite). Ia tidak tergantung pada premis penolakan suatu sebab kemunduran yang tak terbatas.[2]  Baginya dunia atau alama semesta adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari pengada-pengada yang bersifat kontingen. Rangkaian dari pengada-pengada terhubung dengan kejadian-kejadian. Karenanya dunia sebagai suatu keseluruhan adalah bersifat kontingen. Menurut Liebniz, adanya eksistensi suatu pengada selalu membutuhkan penjelasan dari eksistensinya. Jika tidak ada yang eksis, tidak perlu ada penjelasan dari eksistensi tersebut. Artinya bahwa setiap pengada yang eksis memiliki penyebab atau alasan mengenai eksistensinya.
Dalam suatu rangkaian terjalin relasi kausalitas langsung antara pengada yang lebih awal dan pengada yang kemudian. Bentuk relasi ini kemudian memungkinkan pemberian suatu penjelasan mengenai eksistensi pengada-pengada dalam suatu rangkaian.  Namun penjelasan ini bagi Lebniz tidaklah memadai unuk menerangkan esensi suatu pengada. Cara ini juga tidak dapat memberikan penjelsan yang penuh mengenai eksistensi alam semesta secara keseluruhan. Selain itu, penerimaan Leibniz akan adanya penyebab mundur yang tak terbatas juga memberikan suatu batasan bagi pengada-pengada dalam suatu rangkaian untuk sampai pada penjelasan penuh (sebab awal) atas keberadaannya.

Euforia Modern ( Dampak abad Kegelapan)
Abad pertengahan telah memberikan dampak yang sanga besar dalam perkembangan Filsafat yaitu saat doktrin gereja sangat mendominasi. Aba petrtengahan di tandai dengan pemikiran-pemikiran filosophis tapi kecenderungan sangat sangat dogmatis. Ajaran gereja dibumikan dengan menempatkan Tuhan sebagai sosok penentu dan seolah menjadikan manusia terpenjara dalam kejumudan dan kebebasan yang terpenjara. Tidak banyak karya-karya besar dalam seni maupun pemikiran pada masa itu. Sangat lama. Sekitar 10 tahun abad ini mencengkram Eropa sehingga dalam kondisi ini telah membuat mandeg kreatifitas juga dalam Filsafat yang sepenuhnya sangat mendasarkan pada rasio atau pemikiran manusia.
            Dominasi gereja yang berlebihan ini telah melahirkan kesadaran baru yang dinamakan semangat untuk kembali pada budaya Yunani dan Romawi yang disebut dengan dengan Renaissance atau abad pencerahan dengan penamaan pencerahan yang menegasikan gagasan atau menolak doktrin abad pertengahan yang sangat dogmatik. Pada perkembangannya dogma itu berkembang dengan adanya Praktek penjualan surat pengampunan dosa atau Indulgensi. Ini sangat bertentangan dengan prinsip dasar agama terleih jika diberlakukan pada kelomok-kelompok yang engga dengan kajian keagamaan atau hukum agama di ruang publik.
Tokoh semacam Marthin Luther di Jerman dianggap sebagai pendobrak abad pertengahan mengakhiri dominasinya dan lahirlah abad baru pemikiran yang lebih membebaskan. Sehingga semangat paling kuat yang ditunjukan dalam abad Modern adalah pelarian ari konsep agama. Dan konsekuensi pelarian ini adalah mengabaikan konsep Tuhan. John Calvin juga sama, adalah tokoh reformasi gereja yang mengkonsepkan Etika Protestan, yang darinya lahirlah etos kerja yang menjadikan perlunya manusia memiliki semangat dalam aktifitasnya. Sesudahnya lahirlah nilai kemajuan dan kebangkitan dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini sejaligus menolak dogma gereja tentang pengampunan atau ajaran gereja bahwa segala sesuatu datang dan ditentukan Tuhan.
Rumusan Calvin ingin melepaskan jerat dogma gereja yang telah menyimpang dari ajaran yang benar. Gereja semestinya mampu memberikan kemajuan dan pencerahan pada umatnya.
Situasi ini disatu sisi telah menohok gereja sebagai sebuah institusi paling berjaya pada masanya menjadi institusi yang kehilangan wibawa. Meskipun Luther berperan sebagai reformer dalam bidang keagamaan tidak serta merta Gereja dan institusi agama berjaya. Yang terjadi sebaliknya gereja ditinggalkan. Tuhan pun “digoyah”. Dogma dipertanyakan. Rasionalisme yang diagungkan. Manusia dan pemikirannya mendapati tempat teristimewa dalam dunia pemikiran dankebudayaan. Tak sedikit yang lahir adalah budaya-budaya dan peradaban yang sangat berbeda dnegan budaya pada masa kegelapan. Musik Barok dan Rokoko berkembang menolak gagasan gereja yang sangat dogmatik. Seni ekspresi kebebaan menjulang di langit eropa. Saat itu juga Eropa melejit menjadi ukuran kebudayaan yang dipakai dunia. Lahirlah banyak pemikiran dari adanya semangat Pencerahan dan berlanjut dengan era Modern yang meminggirkan Tuhan.

Monad
Sesungguhnya Leibniz telah membuat gambaran tentang Tuhan dalam konsepnya tentang Monade yaitu  sebagai gambaran adanya yang Ideal sebagai dunia Ide yang pernah dibangun Plato. Ia mendefinisikan Monade sebagai atom-ataom sejati dari alam. Ia digambarkan sebagai suatu cermin yang memancarkan realitas alam. Liebniz menyusun gagsannnya tentang Monad ini dalam tahapan-tahapan pemikiran yang diterapkan dalam dunia ilmu pengetahuan. Pertama Monad Pertama yang dimaksudnya adalah bahwa pengetahuan berada pada tahap yang sangat awal yaitu sebuah entitas yang belum disadari. Kedua Monad kedua adalah tahap dimana jiwa telah menyadari adanya ilmu pengetahuan yang ada dalam dirinya. Dalam pengamatan Indrawi pengetahuan ini masih bersifat kabur dan masih menghasilkan pengetahuan yang masih sangat kecil tingkat kejelasannya. Dan terakhir adalah Monad ketiga aalah tahapan pengetahuan manusia dimana manusia sudah menyadari adanya ilmu pengetahuan dalam dirinya dan telah memiliki kejelasan yang kuat pada keberadaan ilmu itu. Dalam tahap yang ketiga ini sampailah manusia pada tahapan pemahaman yang mendalam tentang ilmu pengetahuan.


Kesimpulan
Adanya pemikiran Abad Pencerahan adalah sebuah episode masa yang menjelaskan pelarian dan kekecewaan yang mendalam pada dominasi pemikiran dogmatik yang memenjara kreatifitas dan kebebasan pribadi. Jika semua ditentukan Tuhan lalu apa artinya perjuangan atau potensi manusia. Maka kesadaran pada rasionalitas itu sangat kuat sehingga lairlah pemikiran-pemikiran tentang rasionalisme murnni hingga aanya penolakan pada konsep Tuhan. Sebetulnya penolakan ini lebih disebabkan karena parktek agama yang sangat berlebihan.
Leibniz dengan latar belakang orang tua, sosio kultur dan pendidikannya bergulat dalam alam perlawanan dan tuntutan Indvidualisme yang tinggi seperti adanya penekanan dan penghargaan pada nilai individu yang sangat mendalam. Tokoh semisal Des Cartes adalah representasi filsafat modern dengan penekanan aspek pengembangan individu (Cogito Ergosum). Atau psiko-analisa Sigmund Freud menggambarkan betapa proses kemanusiaan yang nyata dalam diri manusia. Argumentasi ini menolak dan menjauhkan analisisnya dari intervensi Tuhan. Sehingga meski alam filsafat menuntut dan banyak dari filosof telah menyatakan selesai membahas tema Tuhan. Leibniz masih mengaitkannya dengan alam pemikirannya dengan konsep Self  Sufficient atau penyebab yang  ada pada dirinya dan pengada yang pertama yang berdiri sendiri, absolut dan mutlak


[1] Mahasiswa S2 Islamic Philosophy, The IC Jakarta
[2] Penolakan ini misalnya nampak dalam argumen kosmologis Aquinas

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini