Kamis, 10 Mei 2012

SENANDUNG KUPU-KUPU 2


SENANDUNG KUPU-KUPU
Oleh: Arif Budiman[1]


Setelah perjalanan panjang naik Bus dari Rawamangun. Akhirnya aku sampai di Malang. Kota Indah yang cukup mengesankan buatku. Kini aku sedang ada di rumahnya. Bertemu mamanya, tapi tak ada ayahnya sebab saat aku datang, saat bersamaan ayahnya ada keperluan di Jogja. Malam harinya Nonie akan cerita tentang masa lalunya. Di rumah sejuk dan Indah Gondang Legi, Malang Selatan.
 Saat ia akan mulai dengan ceritanya, aku menarik nafas panjang, melebarkan ruang-ruang di dada ini selebar-lebarnya untuk sebuah cerita, cerita yang bisa jadi jauh akan lebih berat dibandingkan dengan cerita yang pernah kudengar sebelumnya. Ia mengajakku masuk ruang keluarga saat jam menunjuk pukul sembilan malam, tak lama setelah aku menemani Rio, sepupu Nonie mengantar pesanan lele untuk Mas Nardi pedagang lele di Pasar Gondang Legi. Sedari kemarin kulihat senyumnya ceria. Aktifitas hariannya biasa. Ia lebih cerah dibanding dulu. Ia kini lebih tenang. Saat aku mau berangkat ke Malang pun yang terbayang pasti wajah ceria yang dipaksa. Tapi kini senyumnya lebih asli walau sejuta masalah sesungguhnya sedang menggelayuti pikirannya.
Sejak pertama datang, aku bersikap biasa layaknya aku yang pendiam. tapi sekalinya bicara bisa nylekit atau juga sangat berkualitas sekualitas pemikiran tentang filsafat eksistensialisnya Mulla Shadra sedang sangat kugeluti di Kampus. Mungkin itulah yang mempengaruhinya untuk tidak takut dengan semua problem kehidupan. Bahkan untuk mendengar cerita paling mengerikan bagi seorang laki-laki yang mengharap kesempurnaan. Laki-laki lain pasti akan lari tunggang langgang dan memilih menghilang dari garis edar kehidupan. Aku tidak...!!! Ada kekuatan besar yang meneguhkan jiwa. Yaitu kesadaran eksistensial tentang kehadiran yang ultimate sebagai penyebab pertama yang mengawali semua sebab dan akibat-akibat. Saat pemikiran itu mempengaruhiku, aku telah menjadi sangat tenang. Walau sebenarnya masih ada rasa khawatir jika apa yang akan segera kudengar adalah berita yang paling tidak kuinginkan. Tapi aku sudah menyiapkan piranti hati dengan semua jawaban dan alasan filosofis sebagaimana dulu yang pernah dikatakanya "Semua berasal dari Tanah dan akan kembali Ket Tanah" setidaknya Nonie ingin mengatakan bahwa tidak ada kesempurnaan yang dibanggai manusia toh semua berasal dari zat yang sama yaitu tanah sebagai asal manusia. Itulah sejatinya manusia.
Nonie memanggilku dan memintaku duduk di ruang tengah rumah yang di terangi cahaya Neon berdaya 25 Watt. Diatas ruang dimana kami duduk itu terdapat roda yang sengaja dipajang tepat diatas kepala, tak lain adalah untuk tujuan asesories. Rupanya ayahnya memang sangat nyeni. sebab di ruang atau tempat lain juga kutemui tata ruang yang ditata sama. Aku duduk di dekatnya. Sebagaimana kedekatan yang selama ini kuperlihatkan padanya. Sejauh ini aku merasa sangat tenang saat duduk di dekatnya.
Aku justru tiba-tiba sedang menebak-nebak ada apa...? Sebab biasanya jika ia sudah mengajak seperti itu, biasanya ada yang benar-benar serius. Aku malh tiba-tiba dirundung rasa berdosa atas semua sikap bodohku selama ini yang lama tak berkomunikasi dengannya. Sejujurnya memang karena faktor ekonomi yang cukup berat yang menjadikaku tak bisa menemuinya. Alasan penyelesiaan Novel yang tentu akan mengganggu pikirannya. Aku tak mengerti apa arti novel atau tulisanku baginya. Senyatanya aku justru sangat ingin menemuinya dan tak ada niat mengabaikannya. Aku ingin langsung mendengar semua keluhannya daripada komunikasi lewat telpon apalagi sms.
Jantungku makin deg-degan sebab ia bicara dengan nada yang sangat pelan. Padahal pelan suaranya semata agar tidak mengganggu suasana yang sudah malam dan takut mengangganggu adek dan mamanya yang tengah tidur. Kutahu Mamanya telah begitu lelah seharian dari mengurusi rumah, juga menelpon pelanggan lele yang beberapa hari terakhir ini cukup ramai. 
Wajahnya melihat ke arah pintu samping tv flat berukuran besar di ruang keluarga dan memastikan suara bicaranya tidak terlalu keras. Tapi nampaknya adeknya Ninis masih terjaga. Rupanya ia sedang menonton sinetron kesukaannya.
Mas….!! Tiba-tiba Nonie membuka bicara. “Ini saatnya saya mesti bicara dengan Mas Ai takutnya tidak ada waktu buat bicara karena besok Selasa Mas Ai harus bersigera menuju Jakarta.
“Sebebetulnya niatnya sudah dari kemarin untuk ngomongin masalah ini. Aku sedang mencari momen yang tepat. Atau aku sedang mencari bahasa yang pas agar tidak kesalahan saat bicara. Makanya baru malam ini, aku coba untuk bicara”. Kulihat ia serius tapi santai. Jantungku makin deg-degan tapi tidak sekeras deg-degan saat aku mendengar kejujurannya yang pertama beberapa bulan yang lalu. Cerita yang pertama, aku sudah jauh-jauh hari siap. Demikian halnya dengan ceritanya yang kedua ini. Sebetulnya banyak cerita yang telah disampaikan tapi cerita-cerita itu dituturkannya pelan-pelan dan sedikit demi sedikit. Mungki karena keterbatasan waktu atau barangkali ia menunggu saat tepat agar aku bisa menerimanya. Ia seperti ibunya yang sangat pelan dalam menyampaikan sebuah cerita. Tak jarang menggunakan bahasa kias untuk menunjukan sebuah pandangan. Aku agak kecewa saat Mamanya masih saja menutup-nutupi apa yang sebenarnya. Tentu karena beliau mengharapkan sesuatu kebaikan padaku. Aku terlanjur diposisikan seolah seorang anak bodoh yang mau dibohongi. Walau lagi-lagi dasar-dasar filosofis dan persiapan piranti hati cukup membantuku untuk tidak perlu memiliki perasaan seperti itu. Namun jiwa manusiawi mengatakan aku koq gampang dibohongi….?? Disisi lain jiwa sadarku mengatakan bahwa Dia tidak seperti itu. Dan pada akhirnya aku telah menjadi sangat pengertian dan mampu menerima apapun keadaannya.
“Mas Ai, sebenarnya ada sebuah cerita yang Mas Ai sudah pernah dengar tentang aku. Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan. “Aku seorang pemakai….!!!!” Aku tidak terlalu terkejut jika beritanya tentang dirinya yang pemakai sebab aku sudah tahu saat di Bandung. Aku dan Dia pernah sama-sama membuang barang haram yang dibawanya itu di Kamar mandi dulu saat silaturahmi tiga hari di Bandung (rumah mbahnya). Aku tahu bahwa ia seorang pemakai. Aku kaget tapi  aku tidak pernah takut dengan semua cerita-cerita bahkan yang paling menakutkans sekalipun. Bagiku kisah paling menakutkan dan paling mengerikan bagiku adalah saat manusia masih membanggai ketiadaan Tuhan. Mereka adalah manusia yang lebih memilih kebahagiaan sesaat dengan mengumbar nafsu bejatnya. Atau membanggai kelakuan bejatnya dengan menodai kehormatan wanita.
“Kalau tentang Engkau Pemakai, aku sudah tahu. Adik pernah menceritakannya dulu saat di Bandung” Buru-buru Ia menjawab  itu betul tapi bukan itu. Ia berhenti sesaat dan buru-buru melanjutkan. “Mas Masih ingat saat mama cerita tentang Aldi…..!!! Jrengngng.. Jreng..jreng ….!!!. Aku sontak kaget. Dalam hati mengapa nama itu lagi yang selalu muncul dalam hubungan ini. Lagi-lagi selalu terkait dengan Aldi, mantannya. Semua ada kaitanya dengan Aldi…!!!!” Aku sangat tersentak saat ia menyebut nama seseorang yang aku hampir tak kuat mendengarnya. Bukan karena Aldinya jahat sebab di mataku laki-laki itu baik bahkan sangat baik. Jika tidak, tidak mungkin ia akan dekat dengan Nonie. Aldilah yang selama ini telah mendampingi semua masalahnya. Makanya aku tidak pernah setuju jika Aldi dinilai jelek hanya karena aku yang kini akan menikahinya. Tidak aku tidak setuju jika Mama dan juga ayahnya melakukan hal itu.  Aku justru selalu memberi peluang pada Nonie untuk memilih lelaki terbaik. Aku selalu memberi kesempatan padanya. Aku menyilahkan Nonie untuk orang lain. Intiny selama pilihan itu akan membuat Nonie bahagia.
 Semestinya aku tidak mengeluarkan kata-kata itu untuknya. Aku hanya tidak ingin cinta yang ada di duakannya. Aku sangat tidak ingin dikhianati, ditipu ataupun dibohongi. Aku sangat tidak menginginkannya.  Karena aku sangat mencintainya. Persolan kompleks yang dihadapinya memposisikannya sangat sulit. Aku pun hanya mampu melihatnya sebagai wanita yang mudah beralih. Sebabnya komunikasi dengan Aldi nyaris tak pernah putus. Ada seorang kawan di tempat kontrakannya dulu mengatakan bahwa cinta mereka tak bisa dipisahkan. Jika itu benar berarti aku selama ini adalah penghalang. Aku tidak mau merusak suau hubungan yang telah lama terbina. meski sakit aku harus terima dan menerima semua kenyataan yang ada meski ia harus menjadi milik orang lain.
Aku tak tahu apa arti senyumnya malam itu. Lampu TL berulir dengan cahaya terang memperjelas ceria senyumnya malam itu. Aku memang beberapa kali melihat bagaimana perubahan mimik di wajahnya, bagaimana mimik saat ia jujur dan bagaimana mimik saat ia berbohong. Rasanya rahasia Tuhan adalah tantangan menarik betapa tak perlu semua hal terbuka. Biarkan rahasia itu ada, dan itu akan menjadikan kita tetap berusaha. Sama dengan nasib kita tentang bagaimana harus memahami sesuatu yang masih rahasi  bahkan sangat rahasia. Biarkan senyumnya tak bisa kupahami walau dalam kenyataannya adalah kebohongan. Meski pada akhirnya aku juga harus terima kebohongan itu tidak bermasalah sebab ada alasan logis kenapa harus berbohong. Karena lama terdiam dan Nonie tidak cerita soal Nama Aldi itu, makanya aku  justru menyakan Aldi. “Apa kaitanya Aldi…!!!??” Dalam hati ternyata memang benar semua bahwa muara dari semua ini adalah bahwa Aldi. Aldi adalah kekasih lamnaya yang tak bisa dipisahkan. Memang ia adalah muaranya, dalam hati aku memikirkannya. Memang ia adalah tujuannya akhirnya. Memang kuncinya ada padanya.
Apa maksud Nonie bahwa semua ada kaitanya dengan Aldi.??
Buru-buru ia menjawab “Bukan-bukan Aldi-nya….!!! Maksudnya bukan ia yang jadi masalah atau jadi pemikiranku. Lalu..??? Cepat aku balik bertanya. Sejujurnya aku belum sepenuhnya dapat melupakan masa lalu dirinya dengan mantannya.
“Mass sejujurnya selain adanya persoalan ekonomi yang kini menjerat aku dan melibatkan Mama dan Juga ayah sebenarnya ada masa lain yang cukup berat. Aku ngga mau diam dalam hal ini sebab aku dan juga kaitannya dengan Mas Ai, Aku mau kita ke depan semua berjalan  dengan baik tidak ada yang getun di belakang dengan adanya pernikahan dan perjodohan ini. Aku berat mau mengatakannya”. Ia tertunduk dan berusaha mengungkapkan semuanya. Ini perubahan baik tentangnya. Ia mulai sangat terbuka akhir-akhir ini. Bahkan ia sangat antusias untuk menjelaskannya. Selama ini, ia sangat tertutup. Ia sangat terbuka. Seolah tak ada yang ditakutkan sebagaimana saat ia ingin menjelaskan maslahnya yang pertama. Mungkin karena Ia telah tahu bagaimana Mas Ai atau aku bersikap saat mendapati masalah. Ia sudah cukup mengerti karakterku. Katanya Mas Ai  orangnya bisa Nrimo. Katanya lagi Mas Ai itu orangya sabar. bahkan sangat sabar.
Tidak butuh waktu lama, tiba-tiba terlontar dari mulutnya. Tanda bahwa ada rasa takut lagi yang menyelimutinya. Aku terjerat hutang dengan  Bandar Narkoba????
Lagi-lagi aku tidak perlu merasa terkejut yang justru akan mengakibatkan aku dinilai sok perhataian padahal dalam kenyataannya tak mampu menyelesaikan semua masalahnya. Aku tidak perlu terkejut sebab berita yang yang lebih mengerikan dan paling kutakutkan selama ini pun aku mensikapinya dengan wajar dan menerima. Tidak perlu berlebihan. Meski demiian ini soal sangat serius. Kesimpulanku tertuju pada cerita Aldi yang pernah nemuin Mama dan Ayahmya di waktu malam yang mengatakan bahwa Nonie saat itu sedang ada transaki Narkoba di suatu tempat di bilangan Jakarta. Jadi ternyata apa yang dikatakan Aldi itu memang benar. Dan sejak dulu pun aku telah sangat yakin bahwa cerita itu benar sebab aku juga pernah menemui fakta yang mendukung kebenaranya. Kami (Aku dan Nonie) pernah sama-sama membuang benda itu di tolitet disertai janji untuk tidak mengkonsumsi Narkoba lagi. Maka saat Aldi pernah mengadu dan mengatakan bahwa Non terlibat dengan Bandar Narkoba, maka sebenarnya berita itu ada benarnya. Aku sudah menduga bahwa Nonie terlibat lebih jauh dengan kegiatan yang satu ini.
"Baru-baru ini Arjen tiba-tiba menelpon dan meminta bayaran atas kekurangan ku karena aku pernah memesan padanya dua paket Narkoba. Aku sendiri sangat kaget dengan adanya hal tersebut.
“Koq Dia (Arjen) bisa tahu Non ada di Malang..??
“Dari GPRS-ku yang aktif." Aku berusaha tarik nafas dalam-dalam. Lagi-lagi terpikir dalam benakku cerita heboh apa lagi yang kini sedang menimpanya. Sepertinya masalah tidak akan pernah beralih darinya. Dari yang berat hingga yang ringan. Bencana di tipu orang ratusan juta beberapa waktu yang lalu pun belum tuntas padahal hal berat atau penipuan pernah menimpa orang tuanya saat kerja sebagai agen PJTKI yang mengharuskan ibunya masuk penjara. Kini hal yang sama menimpa anaknya (Nonie). Nonie dibelit hutang alias ditipu orang. tentu ini sangat mengerikan. Dan informasi terbaru kini Ia terjerat hutang pada Bandar Narkoba.
Bandar Narkoba itu namanya Arjen, temen masa kuliah yang kini sengaja mengejarnya hingga Malang. Ia sengaja menagih pada Nonie agar mau membayar kekuarangannya. Ia mendaptkan nomor telpon dari temen dekatnya Vera yang ada di Jakarta. Di satu telpon vera pernah meminta maaf telah memberi tahu nomor baru Nonie. Karenanya Arjen kini telah tahu dimana Posisi Nonie. “Aku sangat takut Mas. Sumpah aku sangat takut…!!”  Kata-kata ancaman paling mengerikan pun terucap dan ini sangat mengganggu pikiranku yaitu saat Arjen mengatakan bahwa semua hutangnya yang total mencapai angka 50 juta akan selesai saat Non mau melayani semua nafsunya atau melayani nafsu bejatnya. dan itu disampaikannya berkali-kali dalam beberapa pertemuan terakhir di Kota Malang yaitu saat bertemu di Matos (Malang Town Squere).
Sesungguhnya aku sedang mulai mengerti kenapa Aldi sedemikian ingin mempertahankan Cinta Lama mereka dan cenderung tak bisa lepas dari Nonie karena ia merasa memiliki peran yang sangat besar dalam hidup Nonie karena beberapa alasan, pertama ia ialah laki-laki yang selama ini telah membantu Nonie menuju kesembuhannya dari ketergantungannya pda Narkoba. Aldi yang mengorbankan waktu dan tenaganya untuk Nonie. Bahkan Aldi harus kehilangan pekerjaannya untuk menemani penyembuhan Nonie saat satu minggu lamanya mengkarantina Noni di puncak. Itulah sebabnya kukatakan bahwa Aldi orang baik. Kedua semua pengorbanan telah diberikan Aldi dari harta dan waktu dan juga tenaga. Wajar jika hingga saat ini Aldi tak pernah bisa melepaskan Nonie begitu saja. Dan aku sudah bisa memahami kenapa mereka sangat dekat selama ini. Aku sudah mulai menerima posisi dan arti Aldi bagi Nonie.
Tapi… disaat aku sudah mulai memahami posisi Aldi bagi Nonie itu, kini muncul nama baru. Nonie tak pernah menceritakannya padaku padahal nama itu yang telah memberi kontribusi paling besar hingga Nonie terlibat dengan obat-obatan. 
Malam itu, Nonie mau menceritakannya. Arjen tiba-tiba datang dan meminta bayaran atas paket Narkoba yang pernah dikonsumsi-nya, Dan yang lebih parah adalah, Nonie dihadapkan dengan ancaman jika tak mampu membayar atau melunasi kekurangannya. Arjen berkali-kali menawarinya dengan tawaran yang bagiku sangat mengerikan.
“Ia bilang hutangku akan lunas jika mau menuruti keinginan bejatnya…!!” Nonie mengatakan di telingaku pelan. “Arjen beberapa kali Ngomong kaya gitu..!!!”
 Aku sangat tersentak. Wajahku mungkin membara seperti bara baja yang mencair. Sebab cerita ini paling kutakutkan. Walau aku siap mendengarnya. Aku masih meyakini tentang adanya wanita yang terjaga (sebagaimana wanita-wanita berjilbab rapi saat di SMA dan kampus). Wanita yang aman dari hal-hal semacam itu. Tapi jika budaya barat yang dipilih aku hampir tak pernah percaya bahwa wanita itu terjaga. Kini yang kukhawatirkan adalah Arjen. Di satu sisi aku yang belum mampu menyelesaikan masalah hutang-hutangnya dalam kasus Investasi. Kini Ia ternyata menghadapai masalah baru adanya hutang-utang dengan Bandar Narkoba yang nilainya hamper sama dengan hutang-hutang Investasi yang sedang membelitnya.
Di akhir pembicaraan itu ada SMS masuk ke HP Nonie. SMS itu ditunjukannya padaku. Halo Gimana Kirimannya.??? Sudah tak usah bingung-bingung. Temui aku di kamar "Hotel Madurasa"  kamar 201. Temani aku bermalam disana maka semua hutangmu Lunas...!!!.

[1] Arif Budiman, Aktifis CENTER (Community of Nation Character Building) atau komunitas Guru Untuk Pembentukan Karakter Bangsa.  Guru MAN 21 Jakarta. Saat ini sedang menempuh S2 Islamic Philosophy, ICAS Paramadina. Alamat Rorotan Cilincing Jakarta Utara. Telp. 02141872917. E-mail: tirta_pawitra@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini