Kamis, 31 Mei 2012

GELIAT PENDIDIKAN ISLAM


GELIAT PENDIDIKAN ISLAM
 Oleh: Arif Budiman[1]

        Perjalanan panjang menuju cita-cita terciptanya kehidupan masyarakat berbangsa yang berakhlak Islam telah dilalui dengan proses yang panjang. Ada narasi besar yang membentang disana yaitu proses pendidikan menuju terbentuknya generasi yang bertaqwa yaitu Generasi yang berguna bagi bangsa dan agama. Narasi besar itu bernama penyelenggaraan pendidikan Islam. Ia tumbuh menggeliat di tengah arus besar terpaan budya barat yang materialistik dan kegelisahan kita akan nilai keislaman yang tergerus dari akarnya.
      Peran pendidikan Islam menjadi ujung tombak yang semestinya harus terus dikembangkan. Mengabaikan pendidikan Islam sama artinya mengabaikan harapan dan mimpi diri sendiri tentang masyarakat yang berakhlakul karimah tau masyarakat yang Islami.
Sebagai garda perubahan dalam kehidupan berbangsa, maka pendidikan Islam tidak luput dari adanya banyak persoalan. Setidaknya disini ada beberapa problem utama yang ingin dikemukakan. Pertama, Masih kurangnya profesionalitas dalam penyelenggaraan pendidikan Islam (untuk tidak mengatakan tidak ada) sebab geliat menuju kesana alhamdulillah sudah mulai terlihat. Jika pendidikan Islam tidak peduli dengan cita-cita profesionalitas maka pembentukan kualitas generasi Islam yang kita inginkan tak akan pernah jadi kenyataan. Lagi-lagi harapan itu hanya mimpi dan angan-angan.
       Ke depan kita tidak ingin harapan itu hanya menjadi sekedar mimpi dan mengawang-awang. Harus ada keinginan kuat bersama dari semua elemen baik itu ulama, masyarakat dan juga utamanya pemerintah untuk peduli dengan pendidikan Islam sebagai salah satu pilar utama pembentukan karakter kebangsaan. Harus ada kerjasama sinergi yang mampu menggolkan tujuan pendidikan Islam ke arah kemajuan.
Diantara beragam persoalan yang dihadapi pendidikan Islam yang lain adalah potensi besar yang tak terakomodasi, Islam dan umat Islam memiliki sumber daya yang melimpah dan potensial. Sumber daya itu bisa digambarkan seperti energi bebas yang menanti penyatuan sehingga menjadi kekuatan yang menggerakan. Itulah potensi Islam. Pada kekuatan dan potensi-potensi besar yang ada itu kita menaruh harapan. Pada kekuatan kekuatan yang mahadahsyat itu kita menunggu tangan-tangan kreatif yang mampu mengumpulkan energi bebas itu menjadi kekuatan yang menentukan.
      Pengalaman yang pernah dialami dan mengesankan raport buruk pendidikan Islam yang terkesan tertinggal, tidak disiplin adalah pelajaran paling berharga untuk senantiasa diadakan perbaikan. Cara pandang lama yang melemahkan idealitas itu harus segera ditingalkan. Cara pandang yang melihat pendidikan apalagi pendidikan agama atau Pendidikan Islam bukan satu hal yang penting harus ditinggalkan. Justru inilah saat yang tepat untuk mengedeankan pendidikan agama sebagai basis kebangkitan nilai spiritualitas yang selama ini hilang.
      Harus ada perubahan paradigma dalam melihat pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan. Pendidikan adalah ibadah, sarana yang efektif untuk menyebarkan ide-ide kecintaan pada Allah. Kekecewaan pada sekolah-sekolah Islam yang ada selama ini harus disikapi sebagai hal positif dan bukan sebaliknay larut dengan kekcewaan. Larut dalam kekecewaan adalah tindakan kontraproduktif yang justru melahirkan kelemahan ketertinggalan pendidikan Islam. Sudah saatnya pendidikan Islam tampil sebagai garda terdepan yang mengusung tema-tema perubahan menuju masyarakat dan bangsa yang kokoh dan berwibawa. Wallahu’alam Bishowab.


[1] Arif Budiman, Guru Sejarah MAN 21 Jakarta. Alamat Jl Sarang Bango No2 Marunda Cilincing Jakarta Utara. E-mail:tirta_pawitra@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini