Kamis, 31 Mei 2012

DARURAT MORAL

 Sejumlah fakta moralitas yang sangat mengerikan kini tersaji dengan sangat nyata dalam keseharian kita. Anggota Dewan yang melakukan tindakan asusila di Gedung DPR MPR, atau anggota dewan yang membuka Situs Porno saat Sidang. Atau tentang Guru yang tanpa malu juga membuka situs porno di sekolah. Ada juga murid yang berciuman di kelas atau anak remaja pada umumnya yang memilih tempat gelap sebagai tempat berciuman dan lain-lain. Belum lagi panggung politik negeri yang diwarnai politisi dan pejabat korup yang tak pernah malu dengan kelakuan dan kesalahannya sebab dirinya tidak pernah merasa bersalah. Mereka tidak bersalah sebelum ada bukti sebab ukuran salah di negeri ini harus ada bukti. Selama belum ada bukti maka seseorang belum bisa dinyatakan bersalah padahal sudah nyata-nayat melakuakn kesalahan. Hukum positif mengharuskan adanya bukti yang sifatnya sangat fisikal.
Ini adalah kegelisahan pribadi, yang penulis yakini sebagai kegelisahan kolektif yang semesartinya orang lain yang juga sama-sama meiliki potensialitas yang sama saat berbicara tentang realitas moral di sekitar kita.. Aneh jika manusia berbeda dalam hal ini. Saya kira saat manusia tak gelisah dnegan keadaan ini, yang terjadi pada orang itu adalah manusia yang mengingkari hati nuraninya. Salah menjadi benar, benar menjadi salah dan lain sebagainya. Pintar jadi bodoh dan lain sebagainya. Ukuran ini menjadi berbalik atau diputar baik tanpa standar yang jelas. Hingga manusia tak mampu membedakan criteria moral itu. Mana yang benar dan mana yang salah dan seterusnya.
Tema moral adalah tema abstrak yang ada dalam jangkauan ide. Ia berbicara tentang nilai yang berujud realitas tak terindrawi. Ia adalah fenomena jiwa. Tentang baik benar, baik tidak baik, patut tidak patut dan penting dan tidak penting.  Dalam diri manusia telah ada potensi atau kemampuan untuk membedakan dua hal. Tuhan menganugrahi manusia kemapuan otak untuk memilah mana yang mengarah pada kenaran dan man yang mengarah pada keburukan.
Interaksi mensyaratkan adanya komunikasi dan kontak. Sementara pelaku interaksi itu manusia sebagai mahluk super kompleks. Kata Koentjaraningrat ada tiga hal utama dalam diri manusia yaitu Pengetahuan, Perasaan dan Dorongan Nurani. Maka setiap yang dilakukan dalam kehidupan dan ruang sosial kita dipengaruhi oleh ketiga faktor yang datang dari diri individu. Saya ingin menggunakan mekanisme interaksi ini yang sebetulnya adalah kajian sosiologi sebagai alat analisis moral. Walaupun sesungguhnya ia bisa dikaji dari aspek agama dan etika. Moral adalah entitas dalam diri manusia yang merupakan potensi rasa dan dorongan Nurani. Koentjaraningrat menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh kerja otak dan Jiwa yang padu.
Orang seringkali berbeda dalam melihat ukuran Moral. Satu orang menilai pelangaran itu diganjar 3 hari, yang lain diganjar satu minggu. Atau ada yang menialia jika anak melakuan tindakan asusila itu sebaiknay dikeluiarkan dari sekolah. Ada juga orang yang menganggap apa yang terjadi di lingkungan hubungan seks bebas, pacaran remaj ayanf berlebihan. Berpacaran atau berciuman di pinggir jalan dinilai sebagai hal yang biasa. Sejak kapan kita telah menganggap hal semacam itu sebagai hal yang biasa. Bagi saya ini sangat menggelisahkan. Ini tidak sepantasnya dilakukan sebab melegalkan atau mengijinkan hal itu terjadi sama saja kita telah member kebebasan pada aksi bejat yang akan berkembang.
Hubungan atau adanya rasa seksualitas adalah hal wajar, cumin batasa nilai kita. Ketimuranm kita sangat mengatur adanya hal ini. Ada tempat ada waktu. Ada saat dimana itu akan lebih indah dirasakan jika menempuhi sebuah aaturan atau ketentuan yang disepakati. Intinya dunia social kita adalah dunia yang sangat menghargai aturan dan nilai. Tanpa itu kita akan berantakan atau kacau balau.
Dunia maya yang hamper setiap hari kita jelajahi adalah dunia tanpa tuan tak ada aturan atau norma yang berdiri kooh diatas nilai yang sama. Yang ada adalah setiap individu akan menemukan benturan nilai dalam internet dengan kemampuannya dirinay sendiri. Pemerintah lewat Men Kominfo pernah membatasi adanya situs porno, nampaknya tak mampu secara optimal sebab situs porno tetap dapat diakses dengan mudah.
Lalu bagaimana dengan nasib moral anak-anak kita di tengah terpaan perubahan yang tak kenal waktu. Memborbardir eksistensi banguann moral yang selama ini kita jaga.
Saatnya bangkit dan menyadari bahwa keadaaan moral anak bangsa kita hari ini sngat memprihatinkan.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini