Sabtu, 26 Mei 2012

KESALAHAN YANG SAMA:



KESALAHAN YANG SAMA:


Oleh: Tirta Pawitra



Berdiri mmandang lautan di muara hrpan. saksikan akhir arus yang dulu kulihat sgt mengerikan. kini pecah bersama glombang

Semburat mega di Petala Langit Ujung Jakarta menyisakan pertanyaan tak biasa. Sebab mentari pergi terlalu cepat. Gerak mentari senja sangat jelas kulihat. Tak biasa aku melihat geraknya. Tak memberi kesempatan padaku untuk mengabadikan gambarnya... Entah ada apa. Muara BKT senja berganti gelap sangat cepat. Ada Apa..?? 

Kini sejuta gemintang bergelayut di atas awan menyenandung malam yang tenang, dan angin bertiup menyebar dingin terasa dalam tulang. Ktahu secamgkir kopi akan menuntaskan problem dingin ini. Aku ingin menikmati malam ini. mencatat cerita yang yang nyaris tak terlukiskan..

Aku adalah laki-laki yang ditinggal zaman, hari ini engkau yang pergi meninggalkanku, esok mungkin dirimu, dirimu dan dirinya dan dirinya. Semua orang pergi meninggallkan aku yang masih saja duduk di tempat lama, tak jua beranjak dari mimpi dan keinginan yang tak kuasa.

Hingga rambut ini berganti warna. Hingga semua orang juga akan bertanya arah mana yang kusuka. Kendaraan mndar-mandir depan Lembaga. Sepertinua Rorotan akan selalu ramai seiring ide Urbanisasi dan iklim investasi yang menjadikan pertigaan Primagama tak pernah sepi.

Sejauh ini tentu kau tahu aku sedang ada dimana,,, Maklum Laptopku rasanya sudah tak sanggup menanggung memori begitu banyak tentang kisah yang tak pernah selesai. Sebab Ini adalah kisah sepanjang zaman. Kisah yang mengalir bagai air yang mengalir di kaki gunung Slamet sana...

Kupinjam tempat ini. Aku ingin tetap menulis dan membuat cerita untukmu. Kupinjam Komputer ini sebab aku nyaris tak bisa lepas dari komputer, mungkin karena hampir setiap hari aku ditemani Laptop itu. Iyaaa Laptop itu kini terdiam di laci. tanpa aku bisa membuatnya menyala. Aku juga sudah tak tega meminta bantuannya untuk melanjutkan kisah ini...

Sejauh ini aku sangat yakin. Aku masih percaya pda airmata di perjalanan itu. AKu juga tambah percaya saat ia memintaku menghentikan cerita ini.

Aku adalah seorang Wartawan dari Koran Ternama di jakarta. namaku Rahman Hakim. Pekerjaanku memang sudah setiap harinya menulis. Membuat reportase dari sebuah event yang sebetulnya tidak terlalu penting harus dibuat menjdi penting. Malam ini aku tinggal di kantornya. Sejkedar meredakan gejolak tanya yang lama menunggu jawaban.

Kuctat baik-baik apa yang menjadi harapannya. 'Kuingin Mas bisa menjadi laki-laki yang kuat, tidak bayak mengeluh" tempat aku bersandar dan bukan sebaliknya..."

Nyatanya aku tidak bisa menjadi laki-laki kuat itu. Jangan meminta lebih dari apa yang kupunya. Jawabku lumayan tajam rupanya hingga Ia menurunkan tensi bahasanya yang tadinay terasa tinggi...

ika cerita yang sama yang akan kau tuturkan, maka aku memilih kembali ke jalanku. Aku yang hanya bisa mencatat dan menulis. Aku yang hanya mampu menilai dengan ukuranku. Aku tak bisa menjadi apa yang kau inginkan.

Sudah kubilang aku ingin mendengar lagu yang bisa kunikmati maknya. lagu Sederhana yang kaya dengan petuah Jiwa.

Jika cerita yang sama yang hjendak kau ceritakan. Aku memilih diam dan hanya bisa mendengar. Aku sudah sangat tahu akhir ceritanya. Tidak adakah cerita lain yang bisa membuatku lebih mampu memerankan diri sebagai manusia. 

Jika tetap sama,,

Maka berlarilah menuju satu tempat yang kau yakini akan mampu memenuhi semua harapanmu. Yaitu orang-orang yang mau mendengarkan ceritamu...

Tadinya, aku ingin mnobatkanmu sebagai akhir dari sebuah cerita. tapi bagaimana bisa....!!! Saat aku menulis kau sudah melarangnya. Engkau masih menganggap cerita lama itu ada, nyatanya tiada. Tidak ada kisah lama itu. 

Engaku tak percaya dan tak pernah mau bercerita.,,,
Diam menjadi senjata. Sikap yang menjadikanku nyaris tak bisa bernafas.

Maafkan biarkan aku menjadi aku....!!!

Maafkan aku yang tak bisa memenuhi harapanmu. Maafkan aku yang terbukti tak bisa melindungimu. Maafkan aku yang yang telah membuatmu ragu....

Engkau Bisa Menentukan Sikap Atas Keadaaan Kita...
Sebelum Terlambat...!!!
Itu artinya Kita Telah Melakukan Kesalahan yang Sama.

(Rorotan, 26 Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini