Rabu, 06 Mei 2015

SINOPSIS NOVEL GADIS MADINAH

Gadis Madinah adalah bahasa Majazi  tentang cita-cita pada Cinta sejati. Gadis Madinah adalah benturan pemikiran yaitu tentang Ide mendirikan Negara Agama (baca: Islam). Di masa kemerdekaan, gerakan semacam ini terlihat dalam gerakan Darul Islam.  Di masa Orde baru, ide itu bermetamorfosa menjadi Negara Sembilan (N-9). Darul Islam adalah sebuah gerakan politik keagamaan di tahun 1949. Gerakan ini dalam beberapa bentuk mengalami radikalisasi menjadi gerakan yang meresahkan. Fenomena aksi pengeboman di gedung-gedung milik Amerika, diduga juga berasal dari N-9. Selain itu, ada fenomena tidak wajib shalat dan pelegalan terhadap kejahatan.
Gadis Madinah menceritakan perjalanan Jiwa seorang  Imam Santoso dengan Sosok wanita Idaman yang digambarkannya dengan gadis Madinah. Gadis Madinah adalah sosok seorang wanita bernama Dina Larasati (Ummu Madinah). Wanita yang sangat didambanya. Ia bagi Imam seperti baying-bayang yang selalu lari. Imam Santoso adalah pemuda sederhana dari sebuah kota kecil Donan, Cilacap. Ia penggemar tema Idiologi-Agama. Ia pernah belajar agama di pesantren Tradisonal, berkenalan dengan “Islam Baru” saat SMA. Di SMA inilah ia mulai mengenal Idiologi Negara lewat temen satu sekolah yang sesungguhnya, mereka kawan-kawan yang sangat baik. Hartono, teman SMA yang mengenalkanya pada Idiologi Negara Sembilan (N-9).
Yang lain adalah Teguh, teman satu sekolah yang memilih  garis keras sebagai pilihan idiologisnya. Ia masuk Negara Sembilan (N-9), dan keluar dari kuliahnya di Universitas Pertanian di Bogor. Ia yang masuk di daftar DPO pasukan Anti teroris Nasional. Ia tertangkap dan narapidana LP Nusakambangan, di tanah sendiri. Tanah yang telah melahirkannya dan membesarkannya dan di tanah itu juga ia akan mati dengan cita-cita idiologisnya. Imam Santoso sangat galau melihat arus idiologi yang begitu deras itu hingga kawan-kawan, dirinya bahkan kekasihnya terlibat dalam gerakan itu.
Miko Widyatmoko adalah Sosok yang mengganggu hubungan cintanya dengan Ummu Madinah. Bahkan karena Miko ia harus mengubur mimpi indahnya itu. Miko juga sosok yang menjadikan Negara Sembilan sebagai sarana menjual Ayat-Ayat Agama semata untuk kekayaan dan ambisi idiologisnya. Lewat Negara Sembilan, ia telah menjadi kaya raya. Ia bersama Atasannya bisa menciptakan atau mengkader Sosok-sosok baru yang  bisa dijadikannya sangat agamis, siap mati atau melakukan bom bunuh diri.
Makna tertinggi Gadis Madinah itu adalah Tuhan. Dialah Dzat yang menjadi akhir perjalanan. Dengan demikian novel ini bukan semata menyajikan dimensi politik atau Negara tapi dimensi spiritual dan inilah pengembaraan Jiwa yang sesungguhnya. Saat manusia telah  sampai pada titik Nafsul Mutmainnah, maka sejatinya ia telah sampai pada Tuhan-Nya. Maka pencarian sejati manusia yang dalam novel ini diwakilkan  Imam Santoso adalah saat ia atau manusia telah menemukan makna Gadis Madinah dalam arti yang sesungguhnya, yaitu Tuhan.

Yaa Ayyuhan Nafsul Mutmainnah Irji’i Ilaa Rabbiki Raadiyatam Mardiyah. Wadhuli Fii Ibaadi Wadhulli Jannati.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini