Minggu, 14 Oktober 2012

BROSS KUPU-KUPU (SURAT TERAKHIR UNTUKNYA)

BROSS KUPU-KUPU (SURAT TERAKHIR UNTUKNYA)
Oleh: Tirta Pawitra

Saat langit akhir bulan september mulai terlihat gelap, sesekali rintik kecil air hujan tak jua mewujudkan aharapan banyak orang tentang datangnya sang air yang jauh lebih melimpah alias hujan. Tidak juga di tanah ini. Tanah kering yang nyaris tak ditemui air disana. hanya galian kecil di tengah sawah itu telah menjadi kering sebab pro
yek pembuatan batu bata telah lewat dari musimnya.

Ini hanya sebuah pesan kecil yang aku sendiri tak sanggup menyampaikannya. Padanya dan untuknya. Setitik air mata yang entah apa artinya. Kesedihankah. Iya. Umumnya orang akan mengartikanya sebagaimana kenyataannya. Layaknya dan umunnya sang wanita yang akan menangis saat sang kekasih pergi meninggalkannya.mangu menatapi benda kecil berbentuk kristal kupu-kupu berwarna ungu dan tas kecil disampingya tak pernah sampai di tangnnya.

Aku beli benda kecil itu di jakarta. Tanda bahwa aku mencintai-Nya. Tanda bahwa hanya persembahan kecil dan penghambaan cinta itu murni datang dari dalam hati. Kini aku meninggalkannya sendiri. Membiarkannya berjuang sendiri untuk sebuah mimpi dan harapan yang aku tak pernah yakin ia bisa mewujudkannya. Aku tak yakin jika ia akan menemuka cintanya. Egoisme lelaki yang lebih merupakan keangkuhan sesaat di tengah harapannya yang juga sebenarnya membentur dinding keterbatasan.

Bross itu kini ada di tanganku. sesekali kuletakkan di atas meja kaca ruang kamar yang sejak dulu selalu sepi. kamar pengantin yang semestinya dihias pernak-pernik surga. Keharuman yang menyentuh jiwa. Kini semua tak terjadi, hanya Bross Kupu-kupu yang kini sedang ada di depanku.

Aku belum menyampaikan perhiasan kecil yang selalu kubawa ini. Tak yakin bahwa ia sudi menerimanya. Justru ia pernah sangat membencinya. Pernah dengan permintaan yang teramat sangat agar aku tak pernah akan menyerahkannya. Bross Kupu-kupu yang akan menghias jilbabnya dan menambah cantiknya. Aku belum sempat memberikannya. Atau aku tak akan pernah memberikannya sebab bisa saja benda ini akan segera diminta atau dimiliki orang lain.

22 September akan tercatat sebagai hari paling memilukan antara melanjutkan sebuah harapan atau mengubur harapan. Siapa bilang aku tak pernah sedihkannya. Siapa bilang aku tak mempedulikannya.

Hanya egoisme dan keterbatasan ruang yang menjadikan ruang bicara kita tak selebar kemampuankata yang mampu menembus semua keterbatasan itu.

Memang ia tidak sempurna sama sebagaimana diriku yang tak sempurna bahkan penuh dosa, tapi kuingin menyampaikan Bross Kupu-Kupu ittu Untuknya wala untuk saat terakhir kalinya. Walau ia tak pernah pedulikannya. Walau niatku menghadiahinya tak pernah mendapat tanggapannya. 

Kini Ia yang telah jauh disana, tak ingin palingkan wajahnya atau membalikan badan kembali merajut cinta dan menemuiku dan nyatakan cinta. Ada mungkin kesempatan kedua tapi tak yakin akan ada kesempatan yang ketiga atau lebih dari itu. Semua telah paripurna. Harapan dan keinginan sendiri telah usai sudah. Semua telah berakhir tanpa sebuah cerita. Tak ada akhir yang mendukung Jiwa menggapai tujuan terakhirnya....!

Bross Kupu-kupu yang ada di dekatku ini adlah kenyataan yang tak teberitakan. Cinta yang tak bisa bicara.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini