Selasa, 10 Januari 2012

NEGERIKU BUKAN NEGERI PARA CECUNGUK



NEGERIKU BUKAN
NEGERI PARA CECUNGUK
Oleh: Arif Budiman[1]
Inilah cerita tentang Negeriku yang tak semestinya dihuni oleh para Cecunguk. Negeri yang sedang membangun dirinya dan merapikan dirinya menjadi negeri yang baik tapi pejabatnya diisi oleh orang-orang yang perilakunya seperti cecunguk. Negeri ini sebenarnya dibangun oleh orang-orang yang punya niat suci untuk kesejahteraan rakyatnya. Sungguh mulia tujuan dan niat para pendiri negara. Dan mereka yang mengorbankan nyawanya untuk semata-mata pengorbanan. Bukan untuk mengejar jabatan atau kekuasaan dan kepentingannya pribadi. Negeri ini pada awalnya sangat Indah di mata dan sangat damai kita tinggal di dalamnya. Negeri ini memiliki potensi yang sangat luar biasa.Hati dan jiwa-jiwa bersih yang rela mengorbankan dirinya untuk sepenuhnya cita-cita bersama.
Tapi hari ini, suasana negeri ini demikian tidak mengenakan badan. Apalagi di tengah hasil pendidikan yang masih memprihatinkan. Mata pun tak betah memandang sebab tampang-tampang para cecunguk itu sangat memuakan. Dunia telah terbalik. Yang pandai disingkirkan. Yang berbudi tak diakui. Yang komit disingkirkan. Negeri in sungguh sangat memuakan. Yang bersih dibuat kotor atau disingkirkan. Ini negeri yang sangat mengerikan. Coba kalian liat cecunguk-cecunguk di depan matamu. Ia berseliweran setiap waktu. Di otaknya hanya ada satu bagaimana jabatan yang diembannya dapat menghasilkan uang. Bagaimana pekerjaan yang digelutinya hanya bisa menghasilkan uang.
Tapi mengapa Negeriku kini dihuni oleh para cecunguk. Negeri ini ingin dibalik, sang pelayan ingin jadi presiden. Sang Hamba ingin menjadi Tuhan. Di negeriku ini ada perampok yang ingin jadi guru. Si rakus yang ingin tetap berharta dan kadang menyebut dirinya sang Sufi yang tak butuh harta. Si bodoh yang tak pernah tahu batas-batas moral. Si Tolol yang tak bisa membedakan dirinya berbicara dengan siapa. Sebab di depan matanya tak ada lain kecuali uang. Ia merasa paling berkarya walau tak ada kerjaan penting yang sudah dibuatnya.
Negeriku bukan negeri para Cecunguk, bukan negeri yang dikotori oleh manusia tak punya nilai. Manusia yang tak bisa membedakan mana benar mana salah. Walau ada juga cecunguk yang tahu agama. Cecunguk yang tahu agama hanyalah sebatas pengetahuannya tentang agama yang dijadikan tameng agar dirinya tetap terlihat soleh walau sesungguhnya busuk hatinya. Cecunguk adalah orang-orang tak bisa berbuat dan menentukan sikanya sendiri. Ia selalu ngekor apa kata Bosnya yang juga cecunguk. Ia bertindak atas apa yang disampaikan Bosnya. Ia tidak bisa menentukan sikap . Ia telah mematikan hatinya. Sebab menghidupkan hati sama saja menjadikan dirinya manusia. Padahal ia ingin tetap ingin menjadi seekor cecunguk. Sepertinya ia ingin tetap mejadi cecunguk.
Negeri Kunyuk adalah Negeri yang diisi oleh orang-orang dan virus-virus menjijikan. Tak beradab. Di otakknya yang penting hanya kekuasaan. Ia berani demikian karena di atasnya di kekuasaan tertingginya ada yang melindunginya yang juga sama-sama cecunguk.
Aku tidak rela Negeri yang sebenarnya sangat Indah bermartabat, bermoral dan berperadaban ini dikuasai oleh para Cecunguk. Karena aku ingin negeri ini menjadi negeri yang sejuk bukan Kunyuk. Aku tidak rela pendidikan murni di negeri ini diisi oleh guru yang tujuannya hanya untukmencari uang. Aku tak mau ada seorang yang ingin mengganti profesinya pindah menjadi guru hanya karena melihat di bidang keguruan atau pendidikan sedang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sebab tujuannya sudah salah. Dia tidak berniat mengajar tapi sekedar mendapatkan tunjangan atau perbaikan gaji atas pekerjaannya selama ini.
Aku tidak rela negeri ini diajar oleh Cecunguk. Guru harus bersih dari semua unsur dan kepentingan itu. Lebih baik Umar Bakri, naik sepeda butut tapi jujur berbakti. Bagaimana anda bisa menjadi guru kalau anda sendiri tidak pernah menghargai seorang guru. Guru dihinakan. Diperlakukan layaknya seorang kriminal dalam satu persidangan. Martabat guru dicampakan.
Orang yang tidak bisa menghargai guru, maka selamnya ia tidak akan pernah bisa menjadi guru. Guru profesi yang mulia. Yakin bahwa anda tidak pantas menjadi guru jika tujuan anda semata karena dengan profesi itu anda akan mendapat tambahan penghasilan. Yakinlah jika itu yang jadi tujuan, maka itu hanya sekedar angan-angan.
Jangan pernah bermimpi bisa menjadi Guru di Negeri ini jika di otak anda tidak pernah terpikirkan apa artinya mendidik yang sebenarnya. Belajarlah untuk menjadi manusia, maka anda baru bisa menjadi guru sebab guru sejati bagi bangsa dan Negeri ini adalah sosok manusia bukan kunyuk-kunyuk yang tak pernah belajar menjadi manusia. Rubah diri anda dulu menjadi manusia…karena pendidikan hanya ada pada manusia, bukan kunyuk. Selamat belajar menjadi Manusia. Dan jangan sekali-sekali mengubah Negeri ini menjadi Negeri Cecunguk…!!!
Rorotan, 11 Januari 2012


[1] Arif Budiman, Aktifis Pecinta Guru Indonesia

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini