Sabtu, 24 Mei 2014

SAMARA (Part 2)

SAMARA (Part 2)


Kapal Noah, kini bersandar di lantai 3 depan Pintu Kelas X1. Air menggenang menggenang. Kapal itu sangat gagah. Tentu ini akan menjadi perjalanan (pembelajaran) yang mengasyikkan. Aku akan mengajak anak-anak menaiki kapal itu dan melaju ke kejayaan Atlantis yang kini masih secuil harapan tentang asal muasal peradaban... Saat aku sedang memperhatikan bentuk kapal itu. dari speaker terdengar suara memanggil. Kepada Bapak Ibu Guru peserta Raker harap segera berkumpul di ruang Guru, sebab acara akan segera dimulai....>>> Segera aku kembali di alam realitas. Kurapikan Buku Tua yang ada di tangan dan bergegas Turun ke lantai dasar. Mudah-mudahan Raker hari ini berjalan lancar...

Sabtu Juni 2013. Buku Semar, masih ada dalam tas. Aku selalu membawanya. Buku lama yang teguh dan sangat kuat isinya. Buku berkover warna hitam. Bergambar Semar, tokoh bijak dalam cerita pewayangan Jawa. Nampaknya buku ini menjadi buku yang tidak semua orang bisa baca. Sebagian takut dengan buku itu. Padahal buku ini yang dibaca oleh hamper semua tokoh-tokoh besar peradaban. Buku inni juga memuat kisah mereka para tokog besar perubahan. Termasuk tokoh yang proklamator NKRI, Soekarno

Hari itu Kami ngumpul di Raker untuk sebuah rencana pembelajaran untuk tahun ajaran baru. Dua hari mengadakan Raker. Saat itu aku menjadi peserta Raker, yang mungkin sedikit bicara agak berani sebab telah mengkritik kepala Sekolah yang tak dating diacara yang menurut saya harus dihadirinya. Ibarat kata Raker adalah Sang pengantin yang mengundang para tamu di acara pernikahannya. Bagaimana pernikahan akan dapat segera dilangsungkan jika sang pengantinnya ngga ada. Kepala Sekolah adalah sang penganten yang mengundang guru-guru untuk membicarakan programnya. Jadi menurut saya Raker tidak bia dilaksanakan jika Kepala Sekolah tidak dating.

Kalo kepala Sekolah tidak bisa hadir dalam acara ini sebaiknya cari hari yang lain. Kenapa Kepala Sekolah harus ada, sebab seluruh keputusan sangat bergantung pada ketok palunya. Kecuali jika ia merasa acara ini tidak penting, kecuali jika ia merasa dirinya tidak punya pengaruh signifikan, maka kepala sekolah boleh tidak hadir. Tapi jika kejadiannya demikian, saat itu sebetulnya kita tidak membutuhkan kepala Sekolah. Suaraku agak tinggi mengkritik persoalan ini di hadapan Forum Guru yang terhormat.

Serangkaian kerja setahun telah dilaporkan, rencana kerja akan segera kami susun dan rancang. Petualangan pembelajaranku kini terhenti sesaat untuk sebuah Raker yang tentu akan sangat Indah. Saya kira inilah sarana paling leluasa untuk membicarakan semua tentang pembelajaran kita di Sekolah

Terima kasih Tuhan, Atas nikmat yang Engkau Berikan. Ini adalah petualangan pembelajaran yang Indah. Dan Saya tidak pernah menyesal menjalani tugas pembelajaran ini sebab sejak awal aku sangat membanggainya. Terlebih bergabung bersama teman-teman guru yang sangat luar biasa. Teman-teman yang rela mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk pembelajaran terbaik.

Petualangan pembelajaran ini menurutku masih akan sangat panjang sebab tujuan Akhir pembelajaran harus terujud dengan indikatornya mampu menciptakan manusia yang kita didik menggapai tahapan kedewasaannya. Itulah semangat luar biasa yang selalu membakarku untuk memberikan pelajaran terbaik untuk anak bangsa.

Sedih sesungguhnya melihat Nasib TKW yang terlunta di Arab. Mengapa Negara ini tak jua mampu menghentikan sebegitu banyak kegetiran TV-TV masih memberitakan kepiluan yang sangat luar Biasa tentang nasib TKW. Sementara para Politisi tetap sibuk dengan dirinya sendiri yaitu kerja pemenagan pemilu tanpa pernah mau berpikir tentang penyelesaian masalah bangsa yang sesungguhnya.

Miris. Sabtu

Perkuliahan Filsafat, membahas tema kaya dan mendalam. Dosen dengan karakter kuat memaparkan Ide yang brilian tentang solusi terbaik bagi negeri. Walau disela-sela diskusi sentiment dan ego kelompok sering muncul sebgai bentuk tanggungjawab kelompok atau solidaritas.

Dari perkuliahan S2 ini aku bukan semata belajar unk mendapatkan ilmu akan tetapi aku juga melihat bagaimana sang Dosen mengajar, dan mulai semakin mampu dan mengerti bagimana kesulitan dosen saat menyampaikan ide. Ada dosen yang luar bisa mempersiapkan pembelajarannya dengan semua silabusnya. Tapi ada juga dosen yang hanya modal kemampuan bicara tanpa pernah menyiapkan materi. Dari sini aku belajar berinstrospeksi dan harus lebih bisa memahami apa yang dimaui anak-anak atau murid saat di kelas. Pembelajaran harus bermakna buat anak-anak. Pembelajaran bukanlah acara harus terikat pada formalitas. Yang hanya menjadi syarat bagi anak mendapat ijazah atau formalitas bagi guru alias asal ngajar sehingga gajinya bisa dibayar.

Aku ingin menyajikan pembelajaran terbaik bagi anak-anaku, pendidikan yang kuat tentang bagaimana semestinya bernegara yang baik. Bernegara dalam arti membentuk mereka menjadi pribadi yang kuat. Pribadi yang menghargai tanah dimana mereka dilahirkan. Pribadi yang menyadari siapa dirinya yang sesungguhnya sebagai manusia. Bukan budak yang diperalat oleh siapapun. Hanya ini mungkin yang bisa saya lakukan. Catatan panjang yang kubuat inipun hanya mengalir tanpa pernah ada yang sudi membacanya. Selain karena tanggungjawab Administrasi yang selalu dinanti, diminta dan dituntut karena itu Tugas Guru.

Salam Pedagogik Guru Indonesia…

Perdebatan tentang anak yang “di keluarkan atau “tidak dikeluarkan” cukup alot. Pelanggaran etika dasar karena ber”pacaran” di kelas bersama teman satu kelas. Aku termasuk yang memberikan porsi besar pada anak yang melakukan pelanggaran Institusi dan Etika Moral sebab berpacaran yang dilakukannya telah melampaui ambang batas yang bisa ditoleransi. Dan karena hal ini maka saya akan dinilai the moralis dan akan terkesan suci dan seolah dijauhkan dari pergaulan.

Masyarakat kita adalah masyarakat pemaaf (untuk tidak mengatakan sama-sama menjadi pelaku maksiat) sebab sang Maksiat Justru menjadi raja yang dielu-elukan. Memang tak ada manusia yang sempurna, tapi bukankah kita masih bisa mengangkat kesakralan dan kokohnya tali jiwa. Jika sang maksiat telah berbuat, maka ada keburukan yang harus dibersihkan. Darinya tak bisa memancar cahaya kebaikan sebab kebaikan hanya dating dari orang-orang yang mensucikan jiwanya. Kecuali ia membersihkan dirinya dari dosa itu. Versi Islam ia harus bertobat dan bukan membenarkan dan bangga dengan kemaksiatannya.

Saya tidak bisa menerima keberadaan Siswa tersebut sebelum ia bersungguh-sungguh untuk tobat dan menyadari kesalahannya. Dan bukan petantang petenteng, sebab jika ini dibiarkan. Murid yang lain akan mempunyai anggapan, tuhhh liat si maksiat yang ciuman di sekolah saja masih dihargai. Bahkan dieluelukan dia hebat dan seterusnnya. Itu poin pemikiran kenapa saya bersikeras untuk mengeluarkan anak itu dari sekolah ini. Saya tidak naïf bahwa manusia ada salah. Tapi berikan ruang yang lain agar dirinya belajar dari kesalahannya.

Wahai Guru Indonesia Selamat Memulai Aktifitas kita dengan niat yang baik mencerdaskan anak bangsa ini menjadi manusia dewasa. Mudah-mudahan perjalanan pembelajaran kita dalam tugas pendewasaan mereka semua dapat berjalan dengan lancer. Selamat berpetualang dengan dunia pembelajaran yang akan selamanya Indah. Insya Allah.


Ruang Guru, 17 Juni 2013





Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini