Rabu, 28 Maret 2012

PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Oleh: Arif Budiman[1]

     Angin kuat yang kini berhembus di dunia pendidikan kita akhir-akhir ini adalah rencana perubahan kurikulum. Hajatnya masih sama yaitu menggapai tujuan pembentukan karakter bangsa. Yaitu pribadi-pribadi yang cerdas, trampil dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Karenanya upaya menuju pembentukan karakter bangsa sangat ditentukan lewat proses pembelajaran yang dilakukan. Kedepan pemerintah dituntut lebih baik dalam menggapi tujuan pembentukan karakter tersebut.
       Menarik dan akan selalu menarik membicarakan tema yang satu ini sebab kurikulum adalah ruh dalam proses pendidikan. Kurikulum yang baik akan membawa dampak yang baik bagi tujuan pendidikan itu sendiri. Sebaliknya kurikulum yang buruk akan member dampak buruk pada pendidikan. Begitu esensialnya pembahsan tentang kurikulum ini, makanya perubahan dalam bidang kurikulum tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.
       Hasil pendidikan yang digapai selama ini nyatanya belum mampu menyentuh wilayah pembentukan karakter bangsa. Bangsa Indonesia malah telah lupa dengan tradisi dan nilai-nilai kebangsaan. Tidak sedikiti anak bangsa lupa dengan lagu kebangsaannya. Atau sila-sila dalam pancasila tak mampu menyebutkannya. Masih banyak dan sering kita dengar dan saksikan di layar televisi adanya aksi tawuran pelajar ataupun tawuran antar kampung yang disebabkan oleh hal-hal sepele tapi masyarakat mudah merespon dan timbullah kerusuhan. Penyerobotan tanah, pengusiran paksa pihak pemerintah atas rumah-rumah purnawirawan. Atau aksi kerusuhan daerah menunjukkan betapa negeri telah kehilangan identitasnya sendiri tak mampu berdiri tegak di atas tanah sendiri.
     Pembentukan karakter bangsa adalah upaya sadar negara dalam rangka membangun sikap kebangsaan yang kuat, berketuhanan, berbudi pekerti serta memiliki ketrampilan. Hal ini senaa dengan cita-cita pendidikan yaitu untuk membentuk manusia seutuhnya. Karakter berasal dari bahasa ingris Character yang artinya sikap atau pola. Sehingga dalam pengertian ini character berarti hal yang terkait dengan aspek kemanusiaan atau aspek potensi dalam diri seseorang yang terkait dengan potensi maoral, sikap, disiplin, bekerja keras dan lain sebagainya. Dimana dengan karakter itu membedakan bnangsa itu dengan bangsa lain sebab karakter bangsa dibangun dari kultur yang membentuknya.
     Pancasila sebagai simbol pemersatu pun dipertanyakan? Esensi pancasila telah bergeser atau digeser fungsinya. Banyak orang tidak menyadari sejarah dan esensi kelahiran pancasila dalam proses kebangsaan sehingga orang lebih menilai ini pancasila sebagai idiologi tanpa dasar. Proses kebangsaan yang panjang, isu kebangsaan dan hilangnya rasa nasionalisme mewarnai perjalanan bangsa ini. Tantangan kebangsaan selalu sama hanya kulit luarnya yang berbeda. Badai terpaan globalisasi mengikis habis esensi kebangsaan dan kebudayaan kita. Bangsa yang relijius seolah hanya menjadi logo semata dan tidak sama dengan kenyataan yang ada di lapangan.
       Di tengah kengerian tentang hilangnya karakter  bangsa itu, masih ada setitik harapan dan benih-benih nasionalisme. Masih jelas teringat di pemikiran kita bagaimana reaksi atas kekalahan bangsa Indonesia dalam perundingan memperrebutkan pulau Sipadan dan Ligitan. Masih membekas dalam ingatan kita bagaimana laskar betawai siap membela negeri ini dan seluruh rakyat akan rela berkorban demi harga diri bangsa saat Ambalat juga akan dianeksasi Malaysia.
     Dalam bidang olah raga pun terlihat sangat nyat bibit-bibit nasionalisme dalam semangat duta bangsa Tim nasional dalam berjibaku memenangkan pertandingan sepak bola melawan negara lain termasuk malaisia atau negara asia lainnya. Euforia sepak bola setidaknya menggema bagai ajakan Bung karno atau Bung Tomo dengan pekik Allohu Akbar dengan tekat mengusir penjajah ari bumi Nusantara. Tujuannya adalah menjadi negara yang berdaulat dan dihormati bangsa lain. Bukan bangsa pecundang yang selalu kalah atau dikalahkan bahkan dipermalukan. Lebih baik mati dari pada harus menanggung malu. Kasus kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia bukan berita baru. Telah sangat banyak berita penganiayaan dan penyiksaan terhadap tenaga kerja Indonesia di malaysia. Tapi bangsa atau dalam hal ini pemerintah sepertinya masih terkesan santai dalam penyelesaiannya. Bahkan tanpa ketegasan menyelesaikan setiap persolan. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat dan tangguh untuk mampu membawa karakter dan memberi contoh yang sebenarnya tentang bagaimana karakter bangsa Indonesai yang sesungguhnya.
        Pendidikan memiliki peranan sentral dalam upaya pembanguan Karakter bangsa. Pendidikan harus mampu mencetak generasi yang memililiki nilai kebangsaan dan jug akeagamaan yang kuat. Meskipun sesungguhnya tema tentang karakter bangsa sesungguhnya sudah sangat lama. Namun bukan berarti sudah selesai atau tidak perlumengangkat tema karakter bangsa. Sebab sudah lama atau baru saja aa program itu bukan itu persolannya. Persoalan utama terletak pada eralitas karakteryang hingga hari ini tidak nampak dalam hasil belajar anak didik kita. Realitas sosial memperlihatkan situasi yang sama. Artinya sama-sama memprihatinkan. Sehingga gerakan ini akan menjadi gerakan masive kebangsaan. Pemerintah berperan sebagai inisiator dan penggerak utama perubahan atau gerakan pembentukan karakter bangsa tersebut dengan contoh nayat dari para pejabat.
     .






[1] Arif Budiman, Saat ini mengajar di MAN 21 Jakarta. Aktif di CENTER (Community Educator for Natin Character Building.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini