NOVEL DAN PEMBELAJARAN
Oleh:
Arif Budiman[1]
Sejumlah Novel terkenal, kini membanjiri
pasar perbukuan kita. Ini aset yang sangat potensial dalam turut membangun
kultur intelektual di negeri ini. Novel ini juga dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran. Dari Ayat-ayat Cinta, Laskar
Pelangi hingga “Negeri Lima Menara”. Tentu ada sisi positif dan memang
semestinya sisi positiflah yang ada dalam sebuah Novel. Kecuali Novel picisan.
Sejah ini euphoria penulisan Novel tersebut dan hadir dalam pasar perbukuan
kita tidak ada salahnya jika dimanfaatkan dalam proses belajar anak-anak kita.
Ada sisi-sisi positif yang dapat digali dari kisah-kisah dalam Novel tersebut.
Pemanfaatan Novel sebagai media
pembelajaran Ilmu Sosial, begitulah kurang lebih sebentuk upaya baru yang perlu
dilakukan agar pembelajaran kita menjadi lebih bermakna. Setidaknya ada sisi
positif dari Novel yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran kita.
Bermakna sebab apa yang diajarkan dapat diperlihatkan dalam contoh cerita yaitu
lewat pemaparan kisah-kisah dalam novel. Selain itu pembelajaran bisa menjadi
bermakna sebab apa yang dipelajari dapat menimbulkan kesan mendalam dan
terlihat adanya perubahan pada struktur potensi anak, baik itu
pengetahuan, sikap maupun ketrampilannya. Inilah poin penting dalam kegiatan
pembelajaran yaitu terjadinya perubahan. Jika tidak ada perubahan itu, maka
pembelajaran yang itu sesungguhnya telah gagal. Maka pembelajaran bermakna
adalah hasil pembelajaram yang dicirikan dengan telah terjadinya perubahan itu.
Novel adalah buku bacaan yang berisi tentang suatu fenomena dalam suatu bidang
kehidupan. Brown dengan karyanya The Da Vinci Code secara tidak langsung
sedang memberikan pembelajaran pada kita tentang sejarah Kristen dan sejarah
Eropa. (Walau Novel ini dinilai controversial). Tapi setidaknya ada
sejumlah fakta otentik yang dipaparkan yang mengandung nilai pengetahuan yang
bisa dipertanggungjawabkan. Yang controversial atau yang fiktif diberi
penekanan. El-Shirazy dengan novel Ayat-Ayat Cintanya memaparkan sisi
kehidupan masyarakat Mesir berikut aktifitas intelektual yang ada didalamnya,
terutama aktifitas mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmua disana. Sejumlah
fakta tentang Mesir sangat nyata dipaparkan.
Bukankah dari Novel itu kita tidak sekedar belajar cinta, tapi dari novel itu
kita juga belajar tentang banyak hal. Kisah tokoh Fakhry dalam novel itu banyak
menyisipkan pesan-pesan agama. Wajar jika dalam Kover depan disebutkan bahwa
novel Shirazy adalah Novel Pembangun Jiwa sebab di dalamnya banyak
terdapat kisah dan fakta yang berkaitan dengan penguatan jiwa tentang keimanan
dan juga fakta-fakta serta uraian-uraian agama yang sangat kaya.
Novel “Pitaloka” karya novelis muda Tasaro (Taufik Sapto Rohadi) berusaha memaparkan realitas dunia dalam
setting-setting sejarah. Karenanya Tasaro harus paham betul dengan sejarah
zaman Majapahit. Selebihnya ia memang sedang menelaah dan membuat analisis
untuk tidak mengatakan berfantasi dengan fakta sejarah yang ada. Dalam etika
penulisan novl sejarah, fantasi itu adalah hal yang lumrah alias dibolehkan.
Selama fantasi itu adalah hasil analisis sebelum fakta sesungguhnya ditemukan.
Kita juga masih ingat novel tebal karya Pramoedya Ananta Toer yang bertutur
masa keruntuhan majapahit. Disana dipaparkan dengan sangat nyata bagaimana
social setting dan political setting masa itu demikian jelas mewarna. Dan
itulah pengetahuan sejarah. Selain cerita atau kisah cinta yang kita dapat,
dengan membaca novel itu kita juga secara tidak langsung dikuatkan dengan
pengetahuan zaman atau jiwa zaman.
Novel punya arti lebih dibandingkan sekedar kisah cinta atau pengalaman
fantastic para tokoh yang ada di dalamnya. Novel juga punya muatan ilmu
pengetahuan yang luas dan kaya. Saat novel-novel yang ada punya nilai lebih dan
mendasar bagi hidup manusia saat itulah novel itu masuk dalam deretan karya
besar yang dicari karena ia dibutuhkan. Hari ini novel-novel yang terpampang
mengagumkan itu tidak lain karena karyanya ber-makna lebih. Bagi pecinta
novel sejati, keberadaan novel adalah sahabat paling setia bahkan saat tidur
sekalipun. Novel menjadi teman yang sangat dekat dan “mau mengerti” kondisi
kita sebab ia memang mudah dibawa kemana-mana. Dibaca isinya untuk didapatnya
makna dan dibaca kembali saat kita ingin kembali mendulang makna. Atau menjadi
rujukan saat kita lupa dengan kata-kata Indah sang penulis dalam novelnya.
Nilai-nilai pembelajaran dalam Novel digunakan saat kita bisa menangkap
momentum tepat yang ada pada peran novel dengan tuntutan kreatifitas dan
problematika pembelajaran secara umum. Pembelajaran punya peran sebagai sarana
penyampai informasi, novel pun tidak diragukan punya peran itu. Sebagaimana
informasi tentang kegiatan intelektual di Mesir dengan segala aktifitasnya
terinformasikan secara jelas dalam Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman As-Shirazy.
Informasi tentang sejarah Eropa dan sejarah Kristen dalam Fiksi-nya Dan Brown
begitu detail digambarkan. Novel adalah teman, novel juga seorang guru
sekaligus pembimbing. Ia jelas-jelas punya peran sebagaimana peran-peran dalam
pembelajaran. Pembelajaran punya peran pembentukan sikap dan kepribadian, novel
juga punya sisi atau peran-peran pembentuk kepribadian sebagaimana El-Shirazy
menyebut novelnya dengan Novel pembangun Jiwa. Ia dengan sangat berwibawa dan
tanpa terkesan menggurui berdakwah menyampaikan tuntunan agama. Pembelajaran
sebagai fungsi pemersatu dan pembentuk semangat kebangsaan, terlihat dalam
karya Pramoedya, “Arus Balik” dan karya Tasaro “Pitaloka”, dua buah karya yang
mengurai sisi lain sejarah Majapahit dalam kisah Romatik. Pramoedya didalam
karyanya menegaskan apa arti Majapahit. Tasaro pun sedang memperjelas kekuatan
sejarah Majapahit pada sisi seorang gadis bernama Pitaloka. Dua karya ini
secara tidak langsung, dalam kontek pembelajaran sedang menanamkan Nilai
Nasionalisme dan cinta pada tanah air dan bangsa.
Jadi jelas bagi kita bahwa upaya kita memanfaatkan media yang ada untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih bermakna itulah yang disebut momentum
kreatifitas guru dalam pembelajaran. Dan momentum itu dinamakan kreatifitas
pembelajaran untuk mendapatkan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
[1] Arif
Budiman, S.Pd. Guru Sejarah MAN 21 Jakarta. Alamat Jl. Sarang Bango no 21
marunda Jakut telp 02141872917
Tidak ada komentar:
Posting Komentar