SENANDUNG KUPU-KUPU
Oleh:
Arif Budiman[1]
Setelah
perjalanan panjang naik Bus dari Rawamangun. Akhirnya aku sampai di Malang.
Kota Indah yang cukup mengesankan buatku. Kini aku sedang ada di rumahnya.
Bertemu mamanya, tapi tak ada ayahnya sebab saat aku datang, saat bersamaan
ayahnya ada keperluan di Jogja. Malam harinya Nonie akan cerita tentang masa
lalunya. Di rumah sejuk dan Indah Gondang Legi, Malang Selatan.
Saat ia akan mulai dengan ceritanya, aku
menarik nafas panjang, melebarkan ruang-ruang di dada ini selebar-lebarnya
untuk sebuah cerita, cerita yang bisa jadi jauh akan lebih berat dibandingkan
dengan cerita yang pernah kudengar sebelumnya. Ia mengajakku masuk ruang keluarga
saat jam menunjuk pukul sembilan malam, tak lama setelah aku menemani Rio,
sepupu Nonie mengantar pesanan lele untuk Mas Nardi pedagang lele di Pasar Gondang
Legi. Sedari kemarin kulihat senyumnya ceria. Aktifitas hariannya biasa. Ia
lebih cerah dibanding dulu. Ia kini lebih tenang. Saat aku mau berangkat ke
Malang pun yang terbayang pasti wajah ceria yang dipaksa. Tapi kini senyumnya
lebih asli walau sejuta masalah sesungguhnya sedang menggelayuti pikirannya.
Sejak
pertama datang, aku bersikap biasa layaknya aku yang pendiam. tapi sekalinya
bicara bisa nylekit atau juga sangat berkualitas sekualitas pemikiran tentang
filsafat eksistensialisnya Mulla Shadra sedang sangat kugeluti di Kampus. Mungkin
itulah yang mempengaruhinya untuk tidak takut dengan semua problem kehidupan.
Bahkan untuk mendengar cerita paling mengerikan bagi seorang laki-laki yang
mengharap kesempurnaan. Laki-laki lain pasti akan lari tunggang langgang dan
memilih menghilang dari garis edar kehidupan. Aku tidak...!!! Ada kekuatan
besar yang meneguhkan jiwa. Yaitu kesadaran eksistensial tentang kehadiran yang
ultimate sebagai penyebab
pertama yang mengawali semua sebab dan akibat-akibat. Saat pemikiran itu
mempengaruhiku, aku telah menjadi sangat tenang. Walau sebenarnya masih ada
rasa khawatir jika apa yang akan segera kudengar adalah berita yang paling
tidak kuinginkan. Tapi aku sudah menyiapkan piranti hati dengan semua jawaban
dan alasan filosofis sebagaimana dulu yang pernah dikatakanya "Semua
berasal dari Tanah dan akan kembali Ket Tanah" setidaknya Nonie ingin
mengatakan bahwa tidak ada kesempurnaan yang dibanggai manusia toh semua
berasal dari zat yang sama yaitu tanah sebagai asal manusia. Itulah sejatinya
manusia.
Nonie
memanggilku dan memintaku duduk di ruang tengah rumah yang di terangi cahaya
Neon berdaya 25 Watt. Diatas ruang dimana kami duduk itu terdapat roda yang
sengaja dipajang tepat diatas kepala, tak lain adalah untuk tujuan asesories.
Rupanya ayahnya memang sangat nyeni. sebab di ruang atau tempat lain juga kutemui
tata ruang yang ditata sama. Aku duduk di dekatnya. Sebagaimana kedekatan yang
selama ini kuperlihatkan padanya. Sejauh ini aku merasa sangat tenang saat
duduk di dekatnya.
Aku
justru tiba-tiba sedang menebak-nebak ada apa...? Sebab biasanya jika ia sudah
mengajak seperti itu, biasanya ada yang benar-benar serius. Aku malh tiba-tiba
dirundung rasa berdosa atas semua sikap bodohku selama ini yang lama tak
berkomunikasi dengannya. Sejujurnya memang karena faktor ekonomi yang cukup
berat yang menjadikaku tak bisa menemuinya. Alasan penyelesiaan Novel yang
tentu akan mengganggu pikirannya. Aku tak mengerti apa arti novel atau
tulisanku baginya. Senyatanya aku justru sangat ingin menemuinya dan tak ada
niat mengabaikannya. Aku ingin langsung mendengar semua keluhannya daripada komunikasi
lewat telpon apalagi sms.
Jantungku
makin deg-degan sebab ia bicara dengan nada yang sangat pelan. Padahal pelan
suaranya semata agar tidak mengganggu suasana yang sudah malam dan takut
mengangganggu adek dan mamanya yang tengah tidur. Kutahu Mamanya telah begitu
lelah seharian dari mengurusi rumah, juga menelpon pelanggan lele yang beberapa
hari terakhir ini cukup ramai.
Wajahnya
melihat ke arah pintu samping tv flat berukuran besar di ruang keluarga dan
memastikan suara bicaranya tidak terlalu keras. Tapi nampaknya adeknya Ninis
masih terjaga. Rupanya ia sedang menonton sinetron kesukaannya.
Mas….!!
Tiba-tiba Nonie membuka bicara. “Ini saatnya saya mesti bicara dengan Mas Ai
takutnya tidak ada waktu buat bicara karena besok Selasa Mas Ai harus bersigera
menuju Jakarta.
“Sebebetulnya
niatnya sudah dari kemarin untuk ngomongin masalah ini. Aku sedang mencari
momen yang tepat. Atau aku sedang mencari bahasa yang pas agar tidak kesalahan
saat bicara. Makanya baru malam ini, aku coba untuk bicara”. Kulihat ia serius
tapi santai. Jantungku makin deg-degan tapi tidak sekeras deg-degan saat aku
mendengar kejujurannya yang pertama beberapa bulan yang lalu. Cerita yang
pertama, aku sudah jauh-jauh hari siap. Demikian halnya dengan ceritanya yang
kedua ini. Sebetulnya banyak cerita yang telah disampaikan tapi cerita-cerita
itu dituturkannya pelan-pelan dan sedikit demi sedikit. Mungki karena
keterbatasan waktu atau barangkali ia menunggu saat tepat agar aku bisa
menerimanya. Ia seperti ibunya yang sangat pelan dalam menyampaikan sebuah
cerita. Tak jarang menggunakan bahasa kias untuk menunjukan sebuah pandangan. Aku
agak kecewa saat Mamanya masih saja menutup-nutupi apa yang sebenarnya. Tentu
karena beliau mengharapkan sesuatu kebaikan padaku. Aku terlanjur diposisikan
seolah seorang anak bodoh yang mau dibohongi. Walau lagi-lagi dasar-dasar
filosofis dan persiapan piranti hati cukup membantuku untuk tidak perlu
memiliki perasaan seperti itu. Namun jiwa manusiawi mengatakan aku koq gampang
dibohongi….?? Disisi lain jiwa sadarku mengatakan bahwa Dia tidak seperti itu. Dan
pada akhirnya aku telah menjadi sangat pengertian dan mampu menerima apapun
keadaannya.
“Mas
Ai, sebenarnya ada sebuah cerita yang Mas Ai sudah pernah dengar tentang aku. Ia
berhenti sejenak lalu melanjutkan. “Aku seorang pemakai….!!!!” Aku tidak
terlalu terkejut jika beritanya tentang dirinya yang pemakai sebab aku sudah
tahu saat di Bandung. Aku dan Dia pernah sama-sama membuang barang haram yang
dibawanya itu di Kamar mandi dulu saat silaturahmi tiga hari di Bandung (rumah
mbahnya). Aku tahu bahwa ia seorang pemakai. Aku kaget tapi aku tidak pernah takut dengan semua
cerita-cerita bahkan yang paling menakutkans sekalipun. Bagiku kisah paling
menakutkan dan paling mengerikan bagiku adalah saat manusia masih membanggai
ketiadaan Tuhan. Mereka adalah manusia yang lebih memilih kebahagiaan sesaat
dengan mengumbar nafsu bejatnya. Atau membanggai kelakuan bejatnya dengan
menodai kehormatan wanita.
“Kalau tentang
Engkau Pemakai, aku sudah tahu. Adik pernah menceritakannya dulu saat di
Bandung” Buru-buru Ia menjawab itu betul
tapi bukan itu. Ia berhenti sesaat dan buru-buru melanjutkan. “Mas Masih ingat
saat mama cerita tentang Aldi…..!!! Jrengngng.. Jreng..jreng ….!!!. Aku sontak
kaget. Dalam hati mengapa nama itu lagi yang selalu muncul dalam hubungan ini.
Lagi-lagi selalu terkait dengan Aldi, mantannya. Semua ada kaitanya dengan Aldi…!!!!”
Aku sangat tersentak saat ia menyebut nama seseorang yang aku hampir tak kuat
mendengarnya. Bukan karena Aldinya jahat sebab di mataku laki-laki itu baik
bahkan sangat baik. Jika tidak, tidak mungkin ia akan dekat dengan Nonie. Aldilah
yang selama ini telah mendampingi semua masalahnya. Makanya aku tidak pernah
setuju jika Aldi dinilai jelek hanya karena aku yang kini akan menikahinya.
Tidak aku tidak setuju jika Mama dan juga ayahnya melakukan hal itu. Aku justru selalu memberi peluang pada Nonie
untuk memilih lelaki terbaik. Aku selalu memberi kesempatan padanya. Aku
menyilahkan Nonie untuk orang lain. Intiny selama pilihan itu akan membuat Nonie
bahagia.
Semestinya aku tidak mengeluarkan kata-kata
itu untuknya. Aku hanya tidak ingin cinta yang ada di duakannya. Aku sangat
tidak ingin dikhianati, ditipu ataupun dibohongi. Aku sangat tidak
menginginkannya. Karena aku sangat
mencintainya. Persolan kompleks yang dihadapinya memposisikannya sangat sulit.
Aku pun hanya mampu melihatnya sebagai wanita yang mudah beralih. Sebabnya
komunikasi dengan Aldi nyaris tak pernah putus. Ada seorang kawan di tempat
kontrakannya dulu mengatakan bahwa cinta mereka tak bisa dipisahkan. Jika itu
benar berarti aku selama ini adalah penghalang. Aku tidak mau merusak suau
hubungan yang telah lama terbina. meski sakit aku harus terima dan menerima
semua kenyataan yang ada meski ia harus menjadi milik orang lain.
Aku tak
tahu apa arti senyumnya malam itu. Lampu TL berulir dengan cahaya terang memperjelas
ceria senyumnya malam itu. Aku memang beberapa kali melihat bagaimana perubahan
mimik di wajahnya, bagaimana mimik saat ia jujur dan bagaimana mimik saat ia
berbohong. Rasanya rahasia Tuhan adalah tantangan menarik betapa tak perlu
semua hal terbuka. Biarkan rahasia itu ada, dan itu akan menjadikan kita tetap
berusaha. Sama dengan nasib kita tentang bagaimana harus memahami sesuatu yang
masih rahasi bahkan sangat rahasia.
Biarkan senyumnya tak bisa kupahami walau dalam kenyataannya adalah kebohongan.
Meski pada akhirnya aku juga harus terima kebohongan itu tidak bermasalah sebab
ada alasan logis kenapa harus berbohong. Karena lama terdiam dan Nonie tidak
cerita soal Nama Aldi itu, makanya aku
justru menyakan Aldi. “Apa kaitanya Aldi…!!!??” Dalam hati ternyata
memang benar semua bahwa muara dari semua ini adalah bahwa Aldi. Aldi adalah
kekasih lamnaya yang tak bisa dipisahkan. Memang ia adalah muaranya, dalam hati
aku memikirkannya. Memang ia adalah tujuannya akhirnya. Memang kuncinya ada
padanya.
Apa
maksud Nonie bahwa semua ada kaitanya dengan Aldi.??
Buru-buru ia
menjawab “Bukan-bukan Aldi-nya….!!! Maksudnya bukan ia yang jadi masalah atau
jadi pemikiranku. Lalu..??? Cepat aku balik bertanya. Sejujurnya aku belum
sepenuhnya dapat melupakan masa lalu dirinya dengan mantannya.
“Mass
sejujurnya selain adanya persoalan ekonomi yang kini menjerat aku dan
melibatkan Mama dan Juga ayah sebenarnya ada masa lain yang cukup berat. Aku
ngga mau diam dalam hal ini sebab aku dan juga kaitannya dengan Mas Ai, Aku mau
kita ke depan semua berjalan dengan baik
tidak ada yang getun di belakang
dengan adanya pernikahan dan perjodohan ini. Aku berat mau mengatakannya”. Ia
tertunduk dan berusaha mengungkapkan semuanya. Ini perubahan baik tentangnya. Ia
mulai sangat terbuka akhir-akhir ini. Bahkan ia sangat antusias untuk
menjelaskannya. Selama ini, ia sangat tertutup. Ia sangat terbuka. Seolah tak
ada yang ditakutkan sebagaimana saat ia ingin menjelaskan maslahnya yang
pertama. Mungkin karena Ia telah tahu bagaimana Mas Ai atau aku bersikap saat
mendapati masalah. Ia sudah cukup mengerti karakterku. Katanya Mas Ai orangnya bisa Nrimo. Katanya lagi Mas Ai itu
orangya sabar. bahkan sangat sabar.
Tidak butuh
waktu lama, tiba-tiba terlontar dari mulutnya. Tanda bahwa ada rasa takut lagi
yang menyelimutinya. Aku
terjerat hutang dengan Bandar
Narkoba????
Lagi-lagi
aku tidak perlu merasa terkejut yang justru akan mengakibatkan aku dinilai sok
perhataian padahal dalam kenyataannya tak mampu menyelesaikan semua masalahnya.
Aku tidak perlu terkejut sebab berita yang yang lebih mengerikan dan paling
kutakutkan selama ini pun aku mensikapinya dengan wajar dan menerima. Tidak
perlu berlebihan. Meski demiian ini soal sangat serius. Kesimpulanku tertuju
pada cerita Aldi yang pernah nemuin Mama dan Ayahmya di waktu malam yang
mengatakan bahwa Nonie saat itu sedang ada transaki Narkoba di suatu tempat di
bilangan Jakarta. Jadi ternyata apa yang dikatakan Aldi itu memang benar. Dan
sejak dulu pun aku telah sangat yakin bahwa cerita itu benar sebab aku juga
pernah menemui fakta yang mendukung kebenaranya. Kami (Aku dan Nonie) pernah
sama-sama membuang benda itu di tolitet disertai janji untuk tidak mengkonsumsi
Narkoba lagi. Maka saat Aldi pernah mengadu dan mengatakan bahwa Non terlibat
dengan Bandar Narkoba, maka sebenarnya berita itu ada benarnya. Aku sudah menduga
bahwa Nonie terlibat lebih jauh dengan kegiatan yang satu ini.
"Baru-baru
ini Arjen tiba-tiba menelpon dan meminta bayaran atas kekurangan ku karena aku
pernah memesan padanya dua paket Narkoba. Aku sendiri sangat kaget dengan
adanya hal tersebut.
“Koq
Dia (Arjen) bisa tahu Non ada di Malang..??
“Dari
GPRS-ku yang aktif." Aku berusaha tarik nafas dalam-dalam. Lagi-lagi
terpikir dalam benakku cerita heboh apa lagi yang kini sedang menimpanya. Sepertinya
masalah tidak akan pernah beralih darinya. Dari yang berat hingga yang ringan.
Bencana di tipu orang ratusan juta beberapa waktu yang lalu pun belum tuntas
padahal hal berat atau penipuan pernah menimpa orang tuanya saat kerja sebagai
agen PJTKI yang mengharuskan ibunya masuk penjara. Kini hal yang sama menimpa
anaknya (Nonie). Nonie dibelit hutang alias ditipu orang. tentu ini sangat
mengerikan. Dan informasi terbaru kini Ia terjerat hutang pada Bandar Narkoba.
Bandar
Narkoba itu namanya Arjen, temen masa kuliah yang kini sengaja mengejarnya hingga
Malang. Ia sengaja menagih pada Nonie agar mau membayar kekuarangannya. Ia
mendaptkan nomor telpon dari temen dekatnya Vera yang ada di Jakarta. Di satu
telpon vera pernah meminta maaf telah memberi tahu nomor baru Nonie. Karenanya
Arjen kini telah tahu dimana Posisi Nonie. “Aku sangat takut Mas. Sumpah aku
sangat takut…!!” Kata-kata ancaman
paling mengerikan pun terucap dan ini sangat mengganggu pikiranku yaitu saat
Arjen mengatakan bahwa semua hutangnya yang total mencapai angka 50 juta akan
selesai saat Non mau melayani semua nafsunya atau melayani nafsu bejatnya. dan
itu disampaikannya berkali-kali dalam beberapa pertemuan terakhir di Kota
Malang yaitu saat bertemu di Matos (Malang Town Squere).
Sesungguhnya
aku sedang mulai mengerti kenapa Aldi sedemikian ingin mempertahankan Cinta
Lama mereka dan cenderung tak bisa lepas dari Nonie karena ia merasa memiliki
peran yang sangat besar dalam hidup Nonie karena beberapa alasan, pertama
ia ialah laki-laki yang selama ini telah membantu Nonie menuju kesembuhannya dari
ketergantungannya pda Narkoba. Aldi yang mengorbankan waktu dan tenaganya untuk
Nonie. Bahkan Aldi harus kehilangan pekerjaannya untuk menemani penyembuhan
Nonie saat satu minggu lamanya mengkarantina Noni di puncak. Itulah sebabnya
kukatakan bahwa Aldi orang baik. Kedua semua pengorbanan telah diberikan Aldi dari
harta dan waktu dan juga tenaga. Wajar jika hingga saat ini Aldi tak pernah bisa
melepaskan Nonie begitu saja. Dan aku sudah bisa memahami kenapa mereka sangat
dekat selama ini. Aku sudah mulai menerima posisi dan arti Aldi bagi Nonie.
Tapi… disaat
aku sudah mulai memahami posisi Aldi bagi Nonie itu, kini muncul nama baru. Nonie
tak pernah menceritakannya padaku padahal nama itu yang telah memberi
kontribusi paling besar hingga Nonie terlibat dengan obat-obatan.
Malam
itu, Nonie mau menceritakannya. Arjen tiba-tiba datang dan meminta bayaran atas
paket Narkoba yang pernah dikonsumsi-nya, Dan yang lebih parah adalah, Nonie
dihadapkan dengan ancaman jika tak mampu membayar atau melunasi kekurangannya.
Arjen berkali-kali menawarinya dengan tawaran yang bagiku sangat mengerikan.
“Ia
bilang hutangku akan lunas jika mau menuruti keinginan bejatnya…!!” Nonie
mengatakan di telingaku pelan. “Arjen beberapa kali Ngomong kaya gitu..!!!”
Aku sangat tersentak. Wajahku mungkin membara
seperti bara baja yang mencair. Sebab cerita ini paling kutakutkan. Walau aku
siap mendengarnya. Aku masih meyakini tentang adanya wanita yang terjaga
(sebagaimana wanita-wanita berjilbab rapi saat di SMA dan kampus). Wanita yang
aman dari hal-hal semacam itu. Tapi jika budaya barat yang dipilih aku hampir
tak pernah percaya bahwa wanita itu terjaga. Kini yang kukhawatirkan adalah
Arjen. Di satu sisi aku yang belum mampu menyelesaikan masalah hutang-hutangnya
dalam kasus Investasi. Kini Ia ternyata menghadapai masalah baru adanya
hutang-utang dengan Bandar Narkoba yang nilainya hamper sama dengan
hutang-hutang Investasi yang sedang membelitnya.
Di
akhir pembicaraan itu ada SMS masuk ke HP Nonie. SMS itu ditunjukannya padaku.
Halo Gimana Kirimannya.??? Sudah tak usah bingung-bingung. Temui aku di kamar
"Hotel Madurasa" kamar 201.
Temani aku bermalam disana maka semua hutangmu Lunas...!!!.
[1]
Arif
Budiman, Aktifis
CENTER (Community of Nation Character
Building) atau komunitas Guru Untuk Pembentukan Karakter Bangsa. Guru MAN 21 Jakarta. Saat ini sedang menempuh
S2 Islamic Philosophy, ICAS Paramadina. Alamat Rorotan Cilincing Jakarta Utara.
Telp. 02141872917. E-mail: tirta_pawitra@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar