AKU TAK TAHU
UNTUK SIAPA SURAT INI AKAN DITUJUKAN
Oleh: Arif Budiman
Oleh: Arif Budiman
Rasanya terlalu lelah berita tentang ironi kebangsaan kita. Mulai dari penjajahan Sumber Daya Alam, hingga Pembodohan tiada berujung pada Sumber Daya Manusia. Siapa yang bisa menjamin anak kita bergaul dengan baik di luar sana. Siapa yang bisa memastikan apa yang disampaikan anak kita adalah benar tentang apa yang baru saja dilakukannya di luar sana.
Apa kita guru dan orang tua juga tahu bahwa telah terjadi hal paling mengerikan terjadi pada anaknya, yang karena kejadian itu seluruh cita-cita dan harapannnya kandas. Tak ada satupun orang yang mau bersahabat dengannya. Kita terlalu sibuk dengan urusan kita.
Bukan penjahat fisik yang kita takutkan. Bukan perampok pula perampok yang menguras seluruh brangkas kekayaan yang kita punya. Walau beberapa waktu yang lalu penjahat jenis ini masih ada sebagai mana adanya di zaman kebodohan. Itu juga masih sangat mengerikan. Belum pelecehan seksual sopir angkot pada wanita, sangat mengoyak rasa keamanan kita.
Aku nyaris tak bisa memastikan kepada siapa Surat ini aku sampaikan. Sebab sesungguhnya Penjhat yang biasanya kita takutkan ada di tempat-tempat gelap atau jalan sepi untuk merampas motor dan barang lainnya. Kini penjahat itu ada di dekat kita. Penjahat itu adalah teman kerja atau Komputer kita, Internet yang setiap saat menyala.
Bukankah setiap saat Internet itu menyala untuk mereka dan kita memberikan secara cuma-cuma. Ruang Maya adalah wilayah tak bertuan yang segala macam hal dapat tersaji disana. Kita pun tak bisa setiap saat menjaganya. Ia bisa masuk lewat pintu mana saja. Anak kita tak bisa menghindarinya.
Aku tak tahu Untuk Siapa Surat ini kutujukan.. Aku hanya tahu bagaimana laku anak kita. Batas Moralitas itu telah nyaris tiada atau hilang sama sekali. Kepandaian anaka kita dalam pelajaran agama bukan jaminan mereka aman dari perilaku menyimpang dan ini sangat mengerikan.
Tolong jaga anak-anak kita, tolong selamatkan
masa depan mereka, Kembalikan ruang aman buat mata anak-anak kita dan juga kita
sendir sebagai orang tuanya. Tolong dengarkan cerita kami, karena sesungguhnya
kamipun tak berdaya. Aku rindu pemimpin kuat yang bisa memberi rasa aman untk
Jiwa Bersih kita.
(Dudy, 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar