GELIAT PENDIDIKAN ISLAM
Perjalanan
panjang menuju cita-cita terciptanya kehidupan masyarakat berbangsa yang berakhlak
Islam telah dilalui dengan proses yang panjang. Ada narasi besar yang
membentang disana yaitu proses pendidikan menuju terbentuknya generasi yang
bertaqwa yaitu Generasi yang berguna bagi bangsa dan agama. Narasi besar itu bernama
penyelenggaraan pendidikan Islam. Ia tumbuh menggeliat di tengah arus besar
terpaan budya barat yang materialistik dan kegelisahan kita akan nilai
keislaman yang tergerus dari akarnya.
Peran pendidikan Islam menjadi ujung
tombak yang semestinya harus terus dikembangkan. Mengabaikan pendidikan Islam
sama artinya mengabaikan harapan dan mimpi diri sendiri tentang masyarakat yang
berakhlakul karimah tau masyarakat yang Islami.
Sebagai
garda perubahan dalam kehidupan berbangsa, maka pendidikan Islam tidak luput
dari adanya banyak persoalan. Setidaknya disini ada beberapa problem utama yang
ingin dikemukakan. Pertama, Masih
kurangnya profesionalitas dalam penyelenggaraan pendidikan Islam (untuk tidak
mengatakan tidak ada) sebab geliat menuju kesana alhamdulillah sudah mulai
terlihat. Jika pendidikan Islam tidak peduli dengan cita-cita profesionalitas
maka pembentukan kualitas generasi Islam yang kita inginkan tak akan pernah
jadi kenyataan. Lagi-lagi harapan itu hanya mimpi dan angan-angan.
Ke depan kita tidak ingin harapan itu
hanya menjadi sekedar mimpi dan mengawang-awang. Harus ada keinginan kuat
bersama dari semua elemen baik itu ulama, masyarakat dan juga utamanya
pemerintah untuk peduli dengan pendidikan Islam sebagai salah satu pilar utama
pembentukan karakter kebangsaan. Harus ada kerjasama sinergi yang mampu
menggolkan tujuan pendidikan Islam ke arah kemajuan.
Diantara
beragam persoalan yang dihadapi pendidikan Islam yang lain adalah potensi besar
yang tak terakomodasi, Islam dan umat Islam memiliki sumber daya yang melimpah
dan potensial. Sumber daya itu bisa digambarkan seperti energi bebas yang
menanti penyatuan sehingga menjadi kekuatan yang menggerakan. Itulah potensi
Islam. Pada kekuatan dan potensi-potensi besar yang ada itu kita menaruh
harapan. Pada kekuatan kekuatan yang mahadahsyat itu kita menunggu
tangan-tangan kreatif yang mampu mengumpulkan energi bebas itu menjadi kekuatan
yang menentukan.
Pengalaman yang pernah dialami dan
mengesankan raport buruk pendidikan Islam yang terkesan tertinggal, tidak
disiplin adalah pelajaran paling berharga untuk senantiasa diadakan perbaikan.
Cara pandang lama yang melemahkan idealitas itu harus segera ditingalkan. Cara
pandang yang melihat pendidikan apalagi pendidikan agama atau Pendidikan Islam
bukan satu hal yang penting harus ditinggalkan. Justru inilah saat yang tepat
untuk mengedeankan pendidikan agama sebagai basis kebangkitan nilai
spiritualitas yang selama ini hilang.
Harus ada perubahan paradigma dalam
melihat pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan. Pendidikan adalah ibadah,
sarana yang efektif untuk menyebarkan ide-ide kecintaan pada Allah. Kekecewaan
pada sekolah-sekolah Islam yang ada
selama ini harus disikapi sebagai hal positif dan bukan sebaliknay larut dengan
kekcewaan. Larut dalam kekecewaan adalah tindakan kontraproduktif yang justru
melahirkan kelemahan ketertinggalan pendidikan Islam. Sudah saatnya pendidikan
Islam tampil sebagai garda terdepan yang mengusung tema-tema perubahan menuju masyarakat
dan bangsa yang kokoh dan berwibawa. Wallahu’alam
Bishowab.
[1]
Arif Budiman, Guru Sejarah MAN 21 Jakarta. Alamat Jl Sarang Bango No2 Marunda
Cilincing Jakarta Utara. E-mail:tirta_pawitra@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar