Arif Budiman
…………………………………………………….
Umar Bakri, Umar Bakri, 40 tahun mengabdi
Jadi Guru Jujur berbakti memang makan ati……
Masih ingat dengan sepenggal syair lagu Umar Bakri? Itulah lagu yang sering disenandungkan Iwan Fals untuk guru-guru Indonesia. Masihkah ingat dengan sepeda butut Umar Bakri? Lagu itu memberi gambar yang nyata tentang nasib guru-guru di Indonesia. Setidaknya nasib guru pada masa lagu itu diciptakan. Guru pada masa lalu adalah guru-guru yang terabaikan. Gaji mereka yang pas-pasan meski PNS masih snagat memprihatinkan, terlebih nasib guru Honor pada masa itu. Umar Bakri pada masa itu adalah orang yang bekerja dalam dua untutan yaitu tuntutan pemenuhan kebutuhan dan tuntutan untuk mampu mendidik anak Didik menjadi generasi yang terbaik dan utuh.
Mereka adalah simbol pengabdian yang jujur dan penuh bakti. Guru pada masa lalu adalah guru yang berbakti ikhlas demi perbaikan karakter anak bangsa. Dalam lagu Umar Bakri tergambar bagaimana proses pembelajaran yang dilakukannya dihiasai dengan kesabaran karena anak-anaknya yang bengal. Inilah tantangan sesungguhnya yang dihadapi guru yaitu saat ia harus menghadapi anak-anak atau murid yang sangat beragam sifat dan karakternya. Tiada modal lain kecuali kesabaran dengan tetap berusaha memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya agar dapur tetap ngebul.
Seiring zaman reformasi, selain reformasi telah berdampak pada perubahan bidang politik. Reformasi juga memberi pengaruh pada bidang pendidikan sehingga suara-suara perbaikan nasib dunia pendidikan pun bermunculan. Tak kurang Novel Laskar Pelangi juga menyumbang upaya peningkatan aspek pendidikan dimana disana diceritakan nasib pendidikan di Balitong. Di zaman kepemimpinan SBY, paket kebijakan di bidang pendidikan cukup signifikan seperti peningkatan Tunjangan Guru adanya pendidikan gratis di tingkat pendidikan dasar 9 tahun, sertifikasi guru hingga peningkatan sejumlah program pendidikan yang lain.
Kini di zaman reformasi dan kepemimpinan SBY, dunia pendidikan masih mendapat perhatian serius hingga lahir peningkatan anggaran pendidikan hingga menembus angka 20% walau masih perlu dievaluasi kembali apa betul anggaran 20% itu sudah sesuai dengan amanat yang dikehendaki atau tidak. Namun secara umum pendidikan telah terangkat dan mendapat perhatian yang intensif dari pemerintah.
Kini guru Indonesia telah merasakan betapa pendapatan yang telah mereka dapatkan itu telah mencukupi kebutuhan hidupnya. Peningkatan kesejahteraan dalam dunia pendidikan ini menjadikan sebagain masyarakat berlomba untuk masuk dunia pendidikan karena tergiur gajidan tunjangannya. Kini wajah guru Indonesia tidak seperti apa yang digambarkan dalam sosok Umar Bakri dalam lagunya Iwan Fals. Mereka tidak lagi naik sepeda sebagaimana Umar Bakri.
Guru Indonesia kini tidak lagi naik sepeda butut sebab mereka telah naik motor bahkan Mobil. Jika lagu Umar Bakri adalah kritik buat pemerintah terhadap nasib guru yang pernah terabaikan, maka kini kritik itu itu telah di dengar dengan perubahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan walau masih ada kekurangan disana sini. Para guru harus berterima kasih pada pejuang pendidikan, karena jasa mereka nasib guru kini terangkat. Tapi para guru juga jangan lupa dengan sepeda butut Umar Bakri. Artinya meskipun perhatian terhadap guru dan pendidikan meningkat, janganlah lupa pada kejujuran dan bakti yang semestinya selalu ada pada sosok guru Indonesia.
Pertanyaan besar perlu diajukan, apakah peningkatan kesejahteraan guru berbanding lurus dengan perbaikan kualitas pendidikan? Jika yang terjadi para Guru malah santai dengan tugasnya maka tak ada gunanya mengganti sepeda Umar Bakri dengan motor ataupun mobil yang beraneka macam. Jika guru di kelas masih menggunakan metode konvensional, maka tunjangan itu tak ada artinya. Jika masih ada praktik ketidak jujuran dalam penyelenggaraan pendidikan, maka sebaiknya guru kembali mengenakan sepeda Umar Bakri.
Tanpa kita sadari lagu Umar Bakri telah melambungkan nama guru sebagai sosok penuh kekuatan yang tak ternilai harganya dengan semua tunjangan dan dana sertifikasi yang diberikan pemerintah kepadanya. Sepeda Umar Bakri tidak tergantikan oleh semua dana-dana dan program kesejahteraan yang diberikan pemerintah untuk guru.
Kita masih berharap pendidikan berjalan dengan logika yang benar seperti peningkatan kesejahteraan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pendidikan. Kenyataan yang ada masih diambang normal (untuk tidak mengatakan memprihatinkan). Meskipun demikian masih ada yang memiliki keinginan meningkatkan kualitas pendidikan. Akibat peningkatan kesekahteraan itu, serta merta geliat pendidikan meningkat yang terwujud dalam program-program pengembangan. Paket-paket pelatihan pun di set dalam upaya pengembangan itu. Dana-dana penelitian pun meningkat dan ini memotivasi guru untuk melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran. Bagi sekolah peningkatan itu terlihat pada perbaikan sarana gedung dan pemenuhan kebutuhan sekolah seperti alat-alat dan sara pembelajaran baik buku maupun teknologi atau alat-alat modern.
Jika semangat Umar Bakri itu masih ada pada guru-guru di era kesejahteraan ini, kita sangat yakin pendidikan akan gilang gemilang. Bukan guru yang memanfaatkan program-program peningkatan mutu pembelajaran hanya untuk memenuhi kepentingan sendiri. Guru kita masih ada yang belum menyadari tugas dan fungsinya secara benar. Tidak sedikit penampakan-penampakan baru yang mengaku sebagai Umar Bakri. Padahal ia tak mengenal siapa itu Umar Bakri.
Hari ini, sepeda butut Umar Bakri mungkin telah dimuseumkan tapi kita berharap ia tidak dimusnahkan. Harus ada selalu sepeda Umar Bakri sebab ia yang akan senantiasa mengingatkan kita tentang sejarah dan nasib guru Indonesia. Secara fisik mengganti atau Sepeda Butut dengan kendaraan yang lebih baik dan memadai itu baik tapi jangan lupa makna yang tertoreh pada sepeda Butut miliknya. Marilah bersama-sama merawat dan menjaga nilai sejarah sepeda butut Umar Bakri. Merawat sepeda Umar Bakri artinya membangun kesadaran pedagogik yaitu guru yang jujur dan berbakti dalam menjalankan tugas pembelajarannya. Ingat Sepeda Umar Bakri lebih mahal dari pada Kendaraan Mewah yang kita punya atau beli dengan Tunjangan Kesejahteraan yang diberikan Negara pada Guru-Guru Indonesia.
Kita masih yakin dan percaya bahwa Guru-guru Indonesia masih mau merawat Sepeda Butut Umar Bakri itu demi pendidikan terbaik Indonesia yaitu Guru yang jujur dan penuh bakti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar