FILOSOFI HIDUP
Filosofi Hidup adalah nafas yang terhembus dari mulut kita. Ia adalah gerak yang menjadikan kita selalu ada. Filosofi hidup adalah mencari makna tertinggi yang bisa digapainya. Kesempurnaan yang akan memberi kekuatan. Kesempurnaan yang menjadikannya ingin selalu ada bersamanya. Menyatu dengan-nya. Berusaha menjadi seperti dirinya. Meniru apa yang ada pada kesempurnaan itu.
Filosofi Hidup adalah pengembaraan yang tak pernah berhenti. ia tak akan berhenti dari perjalanan panjang yang dilaluinya. ia akan terus bergerak hingga kaki dan seluruh alat gerak di tubuhnya tak mampu lagi mengerjakan tugas geraknya. meski jasmaninay tak bergerak tapi jiwanya selalu berjalan dan mengembara menggapai yang Maha Sempurna, Kekasih yang akan selalu didambanya.
Filosofi Hidup adalah Cinta. Ia adalah pergumulan Indah tentang pemaknaan akan arti gerak hidup itu yang menghasilakan perasaan mengharukan tentang bagaimana bisa menjadi Indah dan Sempurna dengan potensi yang ada dalam diri setiap diri.
Ia adalah bahasa cinta dan kehalusan rasa yang membuat gerak Itu Indah. dan Indah itulah yang disebut dengan Cinta.
TIRTA PAWITRA
CINTA BUDAYA, CINTA KEMANUSIAN, CINTA KEBENARAN, CINTA KETUHANAN, CINTA KEDAMAIAN 0
Rabu, 06 Mei 2015
SINOPSIS NOVEL GADIS MADINAH
Gadis Madinah
adalah bahasa Majazi tentang cita-cita
pada Cinta sejati. Gadis Madinah adalah benturan pemikiran yaitu tentang Ide mendirikan
Negara Agama (baca: Islam). Di masa kemerdekaan, gerakan semacam ini terlihat
dalam gerakan Darul Islam. Di masa Orde
baru, ide itu bermetamorfosa menjadi Negara Sembilan (N-9). Darul Islam adalah sebuah
gerakan politik keagamaan di tahun 1949. Gerakan ini
dalam beberapa bentuk mengalami radikalisasi menjadi gerakan yang meresahkan.
Fenomena aksi pengeboman di gedung-gedung milik Amerika, diduga juga berasal
dari N-9. Selain itu, ada fenomena tidak wajib shalat dan pelegalan terhadap
kejahatan.
Gadis Madinah
menceritakan perjalanan Jiwa seorang
Imam Santoso dengan Sosok wanita Idaman yang digambarkannya dengan gadis
Madinah. Gadis Madinah adalah sosok seorang wanita bernama Dina Larasati (Ummu Madinah). Wanita yang sangat
didambanya. Ia bagi Imam seperti baying-bayang yang selalu lari. Imam Santoso
adalah pemuda sederhana dari sebuah kota kecil Donan, Cilacap. Ia penggemar
tema Idiologi-Agama. Ia pernah belajar agama di pesantren Tradisonal,
berkenalan dengan “Islam Baru” saat SMA. Di SMA inilah ia mulai mengenal
Idiologi Negara lewat temen satu sekolah yang sesungguhnya, mereka kawan-kawan
yang sangat baik. Hartono, teman SMA yang mengenalkanya pada Idiologi Negara
Sembilan (N-9).
Yang lain
adalah Teguh, teman satu sekolah yang memilih
garis keras sebagai pilihan idiologisnya. Ia masuk Negara Sembilan
(N-9), dan keluar dari kuliahnya di Universitas Pertanian di Bogor. Ia yang
masuk di daftar DPO pasukan Anti teroris Nasional. Ia tertangkap dan narapidana
LP Nusakambangan, di tanah sendiri. Tanah yang telah melahirkannya dan
membesarkannya dan di tanah itu juga ia akan mati dengan cita-cita
idiologisnya. Imam Santoso sangat galau melihat arus idiologi yang begitu deras
itu hingga kawan-kawan, dirinya bahkan kekasihnya terlibat dalam gerakan itu.
Miko Widyatmoko
adalah Sosok yang mengganggu hubungan cintanya dengan Ummu Madinah. Bahkan
karena Miko ia harus mengubur mimpi indahnya itu. Miko juga sosok yang
menjadikan Negara Sembilan sebagai sarana menjual Ayat-Ayat Agama semata untuk
kekayaan dan ambisi idiologisnya. Lewat Negara Sembilan, ia telah menjadi kaya
raya. Ia bersama Atasannya bisa menciptakan atau mengkader Sosok-sosok baru
yang bisa dijadikannya sangat agamis,
siap mati atau melakukan bom bunuh diri.
Makna tertinggi Gadis Madinah itu
adalah Tuhan. Dialah Dzat yang menjadi akhir perjalanan. Dengan demikian novel
ini bukan semata menyajikan dimensi politik atau Negara tapi dimensi spiritual
dan inilah pengembaraan Jiwa yang sesungguhnya. Saat manusia telah sampai pada titik Nafsul Mutmainnah, maka sejatinya ia telah sampai pada Tuhan-Nya.
Maka pencarian sejati manusia yang dalam
novel ini diwakilkan Imam Santoso adalah
saat ia atau manusia telah menemukan makna Gadis Madinah dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu Tuhan.
Yaa Ayyuhan Nafsul Mutmainnah Irji’i Ilaa
Rabbiki Raadiyatam Mardiyah. Wadhuli Fii Ibaadi Wadhulli Jannati.
Selasa, 05 Mei 2015
BOLA DAN NASIONALISME KITA
BOLA DAN NASIONALISME KITA
Pembahasan tentang Bola dan nasionalisme diangkat untuk melihat sisi-sisi baru yang selama ini sering terabaikan. Atau mengingatkan sesuatu tentang ada yang selama ini telah hilang dari hidup kita. Ia adalah Nasionalisme. nasionalisme Indonesia yang tumbuh berkembang dalam iklim berbegara. Nasionalisme sebagai spirit utama Negara merupakan Ruh yang semestinya selalu hidup dalam negara.
Pembahasan tentang Bola dan nasionalisme diangkat untuk melihat sisi-sisi baru yang selama ini sering terabaikan. Atau mengingatkan sesuatu tentang ada yang selama ini telah hilang dari hidup kita. Ia adalah Nasionalisme. nasionalisme Indonesia yang tumbuh berkembang dalam iklim berbegara. Nasionalisme sebagai spirit utama Negara merupakan Ruh yang semestinya selalu hidup dalam negara.
Di tengah pengaruh global yang menerjang begitu kuatnya, Indonesia dan semua negara mendapati tantangan luar biasa tentang bagaimana harus mempertahankan Nilai Budaya sendiri. Ada nilai-niai yang hilanag, ada prinsip-prinsip yang tergerus dari ruang budaya yang kita cintai selama ini. kecintaan kita pada tanah air adalah kecintaan pada keluhuran dan nilai-nilai dasar yang telah membentuk siapa kita dan untuk siapa kita. Itulah negara kita. Itulah ruang lingkup yang mendekap kita dalam kehangatan budaya.
Di tengah semua ketakutan itu, ketakutan yang bisa dikerucutkan dalam bahasan ini adalah rasa nasionalisme yang telah memudar. Rasa nasionalisme adalah bentuk kesadaran kolektif yang tumbuh sebagai kesetiaan pada negara yang diwujudkan dalam pengabdian. Itulah cita-cita tertinggi seorang warga negara pada negaranya. Negara tanpa nasionalisme ibarat makanan tanpa sari pati bukan semata tanpa garam sebab garam hanya bumbu penyedap dan tanpa garam pun kita masih bisa merasakan kekuatan yang dihasilakan dari makanan itu. tapi jika negara tanpa nasionalisme ibarat makanan tanpa saripati.
Maka sebanyak apapun makanan yang masuk dalam perut kita tanpa sari pati makanan maka makanan itu menjadi tiada artinya. Nasionalisme adalah Jiwa negara. kekuatan yang menggerakan. Spirit yang menjadikan negara ini tetap kokoh di atas pendiriannya. Kokoh diatas kakinya sendiri. Kuat dan berwibawa.
EKSEKUSI HUKUMAN MATI
Eksekusi mati adalah tema yang beberapa saat lalu sangat santer dalam pemberitaan di banyak media. Ada beberapa terminologi yang perlu kita batasi secara tegas dalam membahas tema yang saat ini sedang sangat ramai. yang pertama adalah persoalan yang menyangkut dampak kejahatan narkotika. Kedua terkait dengan hukuman mati atau eksekusi sebagai pengingkaran hak hidup manusia.
Katanya tidak ada korelasi antara hukuman mati dengan aksi kejahatan narkotika. setidaknya hal ini beberapa kali pernah disampaikan oleh beberapa pihak. Bisa jadi benar. Bisa juga salah sebab ada saja dampak yang muncul dari adanya hukuman mati itu bagi kejahatan itu walau itu kecil. atau sesungguhnya sangat besar. Ini memerlukan penelitian yang mendalam.
Dalam sejarah hukuman mati telah banyak dilakukan oleh banyak negara dan bangsa. Negara Arab masih menggunakan hukuman mati sebagai betuk penyelesaian hukum untuk para terpidana atau pelaku kejahatan kelas tinggi.
Sebagian telah meninggalkan model hukuman ini sebab dipandang ini sebagai bentuk pengingkaran terhadap hak asasi atau hak hidup. dasarnya hidup dan mati adalah urusan Tuhan karenanya manusia tak berhak untuk melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa manusia yang sepenuhnay prerogratif Tuhan untuk melakukannya.
Indonesi saat ini sedang dihadapkan dengan situasi eksekusi hukuman mati sebagai ketegasan dalam penegakan kedauatan Hukum di Indonesia. karena sebagai terpidana berasal dari Negara lain seperti Brasil, australia, Prancis dan Filipinan, maka model humuman dan ketegasan pemerintah dalam penegakkan hukuman ini mendapat kecaman sangat luar biasa terutama Ausralia dan juga Prancis. kasus mary jane sedikit berebeda sebab narapiadan ini belum selesai proses hukumnaya setelah ada tuntutan dari rakyat Filipina untuk meninjau Ulang atas kasus yang menimpanya. Karenanya kaus marry jane tidak menyentuh wilayah Eksekusi Mati sebagai yang diperdebatkan sebab debat di Filipina berfokus pada tema Migran yang terzalimi sebab ia jadi korban. Kini kasusnya sedang diteliti kembali.
Kemabali pada debat Eksekusi mati sebagai sesuatu yang melanggar HAM atau tidak. pembahasan ini belumlah selesai, karenaya Australia pun hanya mampu membahasanay dalam wilayah dan alasan bahwa semua negara sekarang berkecenderungan untuk menghapuskan hukuman mati bagi terpidana. Sesungguhnya usah aAustralia belum berhasil. Indonesia berpedang pada kedaulatan hukum yang harus dipertahankan.
Sejauh ini apa yang ditakutkan atau resiko tentang adanya hukuman mati yang dikecam banyak negara tidak terjadi. Ada memang riak-riak kecil seperti isu tentang hubungan Indonesia Australia yang nampaknya menjadi tidak harmonis bahkan ada isu penarikan kedubes hingga pembatalan rencana kerjasama sempat muncul. Jika benar ini terjadi maka tentu akan menjadi preseden buruk menyangkut hubungan kedua negara.
Sebelum eksekusi mati dilakukan, Perdana Mentri Australia Tony Abot beberapa kali mengkritik kebijakan Eksekusi mati dan meminta agar Indonesia membatalkan Eksekusi mati terhadap
Sebelum eksekusi mati dilakukan, Perdana Mentri Australia Tony Abot beberapa kali mengkritik kebijakan Eksekusi mati dan meminta agar Indonesia membatalkan Eksekusi mati terhadap
Hanya saja sejauh ini tidak ada efek signifikan yang terlihat dari dampak adanya ekskusi hukuan mati ini. Mudah-mudahan tidak ada hal negatif yang muncul akibat adanya eksekusi hukuman mati tersebut bagi kedua negara. Presiden Jokowi untuk sesaat ini mungin perlu bernafas lega sebab kebijakannya mengeksekusi mati terpidan duo balinine itu tidak terlalu menghawatirkan. Mudah-mudahan kedalatan dan kedamaian bangi bangsa ini selalu terjaga untuk dan agar terciptanya Indonesia yang jaya.
HIKMAH DISAKITI
HIKMAH DISAKITI: MOVE ON
Tak semua yang kita inginkan akan terwujud. Tak semua yang kita utarakan akan dibalas dengan jawaban yang mengenakkan atau sesuai dengan apa yang diharapkan. Seperti bunyi sebuah pepatah Api jauh dari Panggang dari sebuah harapan seperti pungguk merindukan bulan. Apa yang kita inginkan jauh dari harapan kita.
Bagaimana kita bisa menghadapi situasi itu bagaimana kita keluar dari kekalutan rasa yang menjadikan kita seolah tak berharga dan tak ada kelebihan dalam diri kita. pada ujungnya situasi itu menjadikan kita terpuruk dan enggan beranjak dari keterpurukan itu. banyak juga yang makin merana dalam situasi itu. Apakah ini akan selalu terjadi pada kita. Apakah kita akan menerima kondisi ini selamanya. Sudah saatnya kita bangkit dan memandang tak semua yang sudah kita pilih dan harapkan itu adalah segala-galanya.
Kesalahan kita adalah terlanjur membangun harapan itu terlampau tinggi sehingga saat harapan itu tak terwujud maka yang terjadi adalah kecewa. Semestinya ini disadarai dan segera membangkitkan kita. Belajar dari pengalaman untuk tidak membangun harapan terlampau tinggi terhadap satu. berharaplah pada Tuhan, berharaplah pada sesuatu yang tertinggi, maka kita tak pernah akan kecewa sebab pengharapan tertinggi itu adalah yang abadi dan azali.
Buanglah harapan-harapan semu yang sesungguhnya hanya sesaat. senyum yang kita lihat dari seseorang yang kita damba, jangan dipandang itu adalah segalanya. sebab ada pemandangan dan keindahan senyum yang sesungguhnya. Itu adalah senyum Tuhan, keindahan bersama Tuhan. Keindahan senyum adalah kehangat dalam cinta bersama Tuhan.
Tak semua yang kita inginkan akan terwujud. Tak semua yang kita utarakan akan dibalas dengan jawaban yang mengenakkan atau sesuai dengan apa yang diharapkan. Seperti bunyi sebuah pepatah Api jauh dari Panggang dari sebuah harapan seperti pungguk merindukan bulan. Apa yang kita inginkan jauh dari harapan kita.
Bagaimana kita bisa menghadapi situasi itu bagaimana kita keluar dari kekalutan rasa yang menjadikan kita seolah tak berharga dan tak ada kelebihan dalam diri kita. pada ujungnya situasi itu menjadikan kita terpuruk dan enggan beranjak dari keterpurukan itu. banyak juga yang makin merana dalam situasi itu. Apakah ini akan selalu terjadi pada kita. Apakah kita akan menerima kondisi ini selamanya. Sudah saatnya kita bangkit dan memandang tak semua yang sudah kita pilih dan harapkan itu adalah segala-galanya.
Kesalahan kita adalah terlanjur membangun harapan itu terlampau tinggi sehingga saat harapan itu tak terwujud maka yang terjadi adalah kecewa. Semestinya ini disadarai dan segera membangkitkan kita. Belajar dari pengalaman untuk tidak membangun harapan terlampau tinggi terhadap satu. berharaplah pada Tuhan, berharaplah pada sesuatu yang tertinggi, maka kita tak pernah akan kecewa sebab pengharapan tertinggi itu adalah yang abadi dan azali.
Buanglah harapan-harapan semu yang sesungguhnya hanya sesaat. senyum yang kita lihat dari seseorang yang kita damba, jangan dipandang itu adalah segalanya. sebab ada pemandangan dan keindahan senyum yang sesungguhnya. Itu adalah senyum Tuhan, keindahan bersama Tuhan. Keindahan senyum adalah kehangat dalam cinta bersama Tuhan.
KEMENPORA DAN PSSI: SEMUA PERLU KEBESARAN HATI
KEMENPORA DAN PSSI: SEMUA PERLU KEBESARAN HATI
Siapa yang menginginkan agar perhelatan akbar dan rutin yang berlangsung di negeri ini tak ada alias tak tersiar di TV sebagaimana biasa kita lihat selama ini. Tentu tak ada yang menginginkan itu terjadi. Kita masih ingin dan selalu merindukan bagaimana penampilan pemain-pemain terbaik negeri ini di klubnya atau di timnas berlaga dengan gagah dan menghadiahkan sejuta prestasi dan penghargaan yang meriah semeriah penonton yang memadati stadion-stadion kebanggaan kita.
Seandainya itu tak terjadi, seandainya para pemaian itu tak bisa kembali merumput. gerak lincah kaki dan strategi serangan yang dipunya tak lagi bisa diliat. dan mereka hanya bisa berdiam di kamar atau di rumah saja tanpa tindakan sejati dirinya yang seorang pemaian bola tentu ini sangat tidak baik. Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka harus kembali merumput. Mereka harus diberikan ruang selebar-lenarnya untuk kembali merumput berkarya bergerak trengginas bukan semata untuk mereka tapi juga untuk kita. Kitalah yang bangga dan senang melihat penampilan yang menghibur yang mereka pertontonkan. Mereka yang membuat hari-hari kita penuh dengan cerita penuh dengan warna canda tawa dan keramaian yang menggairahkan
Jangan biarkan kebekuan ini menjadi lama. jangan biarkan sebertik niat tak baik. Jika itu ada dalam dada para penyelenggara, mudah-mudahan itu segera diakhirkan. Kita harus segera bangkit dan menolak semua kesombingan yang ada dalam dada. Tapi saya yakin dengan seyakin-yakinnnya niat buruk itu mudah-mudahan tidak ada pada para penyelenggara aktifitas keolahragaan terutama bola di negeri. Insya Allah yang ada dalam dada adalah niat baik, cuma yang serig terjadi yang menjadikan kita sering berselisih dan berbeda itu disebabkan karena salah komunikasi yang tak terjalin dnegan baik diantara para penggiat di dalamnnya. Bisa pemerintah, bisa PSSI bisa kementrian Olah Raga. semua punya niat baik untuk memperbaiki kinerja persepak bolaan di negeri ini.
Namun sekali lagi yang haru kita lakukan adalah kembali pada cita-cita dan target yang terbaik. Kita harus segera kembali dengan kepentingan mendesak yang harus dikedepankan yaitu kepentingan bersama bangsa ini. Semua haru ssecara legowo melihat maslah ini sebagai sesuatu kesatuan yang utuh. Semua harus sadar bahwa cita-cita tertinggi dari semua usaha dan pengabdian kita adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama. jadi tidak ada lagi kepentingan dan ambisi pribadi. dalam sepak bola tidak ada kepentingan politik sebab bola adalah media yang paling netral yang telah menyatukan bangsa ini satu dan bersatu.
bersatulah Kekuatan Pendukung Bola Indonesia. Jayalah Persepak bolaan Indonesia. Tinggalkan perselisiahan itu dan songsonglah kebangkitan bola Indonesia. masih banyak pekerjaan dan prestasi besar yang menunggu di depan mata. Rontokkan semua beban-bena kesombongan yang ada di dalam diri kita. kembalilah pada cita-cita mulia yaitu kebangkitan Bola untuk kebangkitan Indonesia.
Merdeka...!!
(Ditulis Oleh Arif Budiman, Pecinta Indonesia)
Siapa yang menginginkan agar perhelatan akbar dan rutin yang berlangsung di negeri ini tak ada alias tak tersiar di TV sebagaimana biasa kita lihat selama ini. Tentu tak ada yang menginginkan itu terjadi. Kita masih ingin dan selalu merindukan bagaimana penampilan pemain-pemain terbaik negeri ini di klubnya atau di timnas berlaga dengan gagah dan menghadiahkan sejuta prestasi dan penghargaan yang meriah semeriah penonton yang memadati stadion-stadion kebanggaan kita.
Seandainya itu tak terjadi, seandainya para pemaian itu tak bisa kembali merumput. gerak lincah kaki dan strategi serangan yang dipunya tak lagi bisa diliat. dan mereka hanya bisa berdiam di kamar atau di rumah saja tanpa tindakan sejati dirinya yang seorang pemaian bola tentu ini sangat tidak baik. Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka harus kembali merumput. Mereka harus diberikan ruang selebar-lenarnya untuk kembali merumput berkarya bergerak trengginas bukan semata untuk mereka tapi juga untuk kita. Kitalah yang bangga dan senang melihat penampilan yang menghibur yang mereka pertontonkan. Mereka yang membuat hari-hari kita penuh dengan cerita penuh dengan warna canda tawa dan keramaian yang menggairahkan
Jangan biarkan kebekuan ini menjadi lama. jangan biarkan sebertik niat tak baik. Jika itu ada dalam dada para penyelenggara, mudah-mudahan itu segera diakhirkan. Kita harus segera bangkit dan menolak semua kesombingan yang ada dalam dada. Tapi saya yakin dengan seyakin-yakinnnya niat buruk itu mudah-mudahan tidak ada pada para penyelenggara aktifitas keolahragaan terutama bola di negeri. Insya Allah yang ada dalam dada adalah niat baik, cuma yang serig terjadi yang menjadikan kita sering berselisih dan berbeda itu disebabkan karena salah komunikasi yang tak terjalin dnegan baik diantara para penggiat di dalamnnya. Bisa pemerintah, bisa PSSI bisa kementrian Olah Raga. semua punya niat baik untuk memperbaiki kinerja persepak bolaan di negeri ini.
Namun sekali lagi yang haru kita lakukan adalah kembali pada cita-cita dan target yang terbaik. Kita harus segera kembali dengan kepentingan mendesak yang harus dikedepankan yaitu kepentingan bersama bangsa ini. Semua haru ssecara legowo melihat maslah ini sebagai sesuatu kesatuan yang utuh. Semua harus sadar bahwa cita-cita tertinggi dari semua usaha dan pengabdian kita adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama. jadi tidak ada lagi kepentingan dan ambisi pribadi. dalam sepak bola tidak ada kepentingan politik sebab bola adalah media yang paling netral yang telah menyatukan bangsa ini satu dan bersatu.
bersatulah Kekuatan Pendukung Bola Indonesia. Jayalah Persepak bolaan Indonesia. Tinggalkan perselisiahan itu dan songsonglah kebangkitan bola Indonesia. masih banyak pekerjaan dan prestasi besar yang menunggu di depan mata. Rontokkan semua beban-bena kesombongan yang ada di dalam diri kita. kembalilah pada cita-cita mulia yaitu kebangkitan Bola untuk kebangkitan Indonesia.
Merdeka...!!
(Ditulis Oleh Arif Budiman, Pecinta Indonesia)
Selasa, 10 Februari 2015
TERUSIR DI RUMAH SENDIRI
TERUSIR
Di Rumah Sendiri
Oleh: Tirta pawitra[1]
Hari ini Minggu, 8 Pebruari 2015, aku
berulang tahun. Aku pulang ke rumah di Jawa. Aku pulang karena ada sesuatu yang
ingin kuantar. Sebulan lalu, saat pindahan ke Jawa, Bapak minta motor yang tak
terpakai di Jakarta itu agar bisa dibawa ke Kampung. Kini Motor ini telah
kubawa sesuai pesan Bapak. Maaf beberapa kali aku membuat ketidakpastian akan
kepulanganku sebab jasa paket pengiriman yang berbiaya mahal dan kuputuskan untuk mengantar motor ini langsung
ke Jawa dengan Bis.
Hari minggu jam 10.00 aku sampai di
Kebumen. Bus terlambat karena mogok di wilayah Larangan Brebes. Karenanya aku belum sampai rumah dan hari itu
juga, minggu sore harinya aku mau
langsung pulang balik ke Jakarta sebab senin harus kembali kerja. Ma, kau
Nampak lebih kurus..? Tentu karena engkau lebih lelah hari-hari ini. Engkau
kulihat diam sebagaimana diammu saat menunggu pembeli di warung kita tempo hari
saat di Jakarta. Emang ngga ada pembeli apa gimana?
“Iya begini dagang di Kampung.., sama seperti di Jakarta pembelinya satu dua
orang saja. Tapi disini kan mending dari pada di Jakarta yang sudah sepi
pembeli, suasannya juga tidak nyaman karena ramai kendaraan. Sepi dagang di
Jakarta sebab posisi ruko yang tidak strategis, kedua karena belum ada
pelanggan. Aku tahu di Jakarta memang tidak setenang di tempat ini sebab ini
adalah rumahmu. Ini tempat tinggal yang biasa kautempati bersama kekasih
sejatimu, Dia, lelaki yang beruban itu adalah kekasihmu. Lelaki yang selama ini
telah dengan sangat setia menemanimu.
Mama, jangan salahkan beliau (Bapak)
yang kini sedang sibuk dengan dirinya sendiri. Walau karya beliau membuat
grobokan sering tak masuk akal dan di luar nalar kita, sesunguhnya beliau
sedang berusaha membahagiakanmu, mencoba membantumu keluar dari masalah yang
sedang kalian hadapi..? Ia ingin membuat karya itu untukmu…”
Hasilnya sudah ada koq, itu meja
panjang yang sedang kau gunakan untuk berjualan Gado-gado itu kan hasil
karyanya. Ia ingin selalu punya karya yang bisa membuatmu bahagia. Beliau ingin
membuatmu tertawa, dari sedih yang selama bertahun-tahun ini mendera. Ia sangat
mencintaimu. Ia sangat menyayangimu. Mama harus percaya denganku dan jangan
marah dengan tingkah-tingkahnya yang aneh. Beliau sesungguhnya sedang tidak
ingin membuat kekacauan atau berbuat aneh, beliau sedang membuat karya yang itu
bisa membuatmu bahagia, walau yang terjadi sebaliknya. Bersabarlah dengan
suamimu.
Mama, ada Apa, kulihat kini raut
wajahmu sangat berbeda. Ada sesuatu yang membuatmu menyesak dada. Walau engkau
terlihat berusaha tenang dan meyimpan semua masalahmu, tapi aku dapat merasakan
ada hal yang nampaknya ingin kau ceritakan. Tentu bukan hutang yang besar sebab
masalah itu sudah sama-sam aku ketahui. Tapi ini berbeda, Ada apa.? Aku
melihatmu berbeda. Kenapa.?
Ceritalah jika engkau ingin cerita, Bicaralah
jika itu bisa membuatmu bahagia? Engkau menangis, engkau titikkan air mata, Ayo
ceritalah..??
Sungkono…!Panggilmu jelas padaku. Iya.
Aku sudah siap mendengar keluhmu. Bicaralah.
Bertahun-tahun Mama dan Bapak membangun
rumah ini, Bertahun-tahun kami mendirikan rumah yang memang tidak megah, tapi
inilah rumah yang Bapak dan Ibumu bangun. Di tempat ini pula kalian dibesarkan.
Senang, sedih dan bahagia kita berkumpul bersama. Di tempat ini…>
Iya Ma, Sungkono tahu. Mama mau cerita
pegawai Bank yang akan menagih lagi? Bukan..!! Bukan Itu..?
“Soal pegawai Bank itu soal yang Mama
dan Bapak juga akan bisa terima. Seandainya pun Rumah dan tanah itu terpaksa
disita oleh pihak Bank, Mama pun sudah pasrah. Mama sudah ikhlaskan jika itu
harus terjadi. Selalu meminta bantuan anak-anak dan termasuk dirimu, itu juga
terlampau memberatkan kalian. Mama tidak tega melihat kalian. Apalagi engkau Sungkono
yang hingga kini belum juga menikah..?
“Mama mau menjodohkanku?” Aku menebak apa yang dipikirnya. Ia menghela
nafas panjang.
“Memintamu menikah saat seperti ini
juga akan membuatmu tertawa karena sepertti biasa kamu akan jawab menikah pake
Apa?. Hutang saja belum beres..? Itu kan yang akan kau katakana..!! Aku
tersenyum kecil. “Walau apapun akan mama lakukan, asal engkau Mau segera
menikah. Inayati, anak Pak Sugeng kembali kau tawarkan padaku kemaren.
“Benarkah itu yang sedang Mama
pikirkan?”
“Itu juga jadi pemikiran Mama. Tapi bukan itu yang mau
Mama sampaikan.
Bukan, Bukan Soal itu.
Lalu Apa.? Ceritakanlah?
Ini soal rumah dan tanah ini. Bukan
Bank yang mau menyita rumah ini atau Kamu yang belum juga menikah. Setahun
sudah Mama di Jakarta dan tinggal bersamamu. Dan membuka usaha untuk melunasi
hutang agar rumah ini tak disita. Dan nyatanya usaha itu pun belum ada
hasilnya. Ke Jakarta itu dilakukan untuk sesaat menghindar dari para penagih
hutang yang sering dating ke rumah meminta uang setoran. Tak sedikit dari
mereka yang berbicara kasar..
Kemaren para penagih itu juga dating,
mereka sudah tahu kalau mama ada di
kampong karenanya mereka dating dan meminta agar hutang itu diselesaikan. Dan
lagi-lagi Mama hanya bisa berjanji akan mengembalikan dan tekanan dan situasi itu
kembali datang. Karenanya Mama dan Bapakmu dating ke Jakarta. Semata untuk
menenangkan pikiran.
Mama dan Bapakmu telah setahun pergi
meninggalkan Rumah jelek ini. Rumah yang telah renta setua umur kami yang tak
akan lama..?
Mama Ngomong Apa? Jangan bicara yang
ngga-ngga.
Setahun sudah kami tinggal di rumahmu
meninggalkan apa yang sangat kami cintai tanah ini, rumah ini. Udara bersih
yang selalu kami hirup tanpa harus membayar. Tinggal di Jakarta ternyata tidak
semudah dan seindah yang ada dalam
banyangan…>>
Mama dan Bapak Maafkan Sungkono Ngga
bisa bahagian Mama saat di Jakarta. Sungkono malah sering merepotkan Mama dan
Bapak?
Sungkono…, bukan karena sikapmu ke kami?
Sebab selama di Jakarta, Aku karo bapkmu merasa sangat berterima kasih sebab
engkau telah sangat perhatian pada kami
sebab hanya engkau satu-satunya yang bisa dimintai pertolongan di saat kami terpuruk,
dan terjatuh dihina orang. Hanya engkau
yang belum menikah, yang lain telah sibuk dengan keluarganya masing-masing.
“Mama
merasa terusir di rumah sendiri, Mama dan bapakmu seperti diusir dari tanah
kelahiran ssendiri. Adimulyo adalah tempat kelahiran Mama dan Bapakmu. Artinya tanah
ini adalah asal kami. Hutang-hutang itu telah membuat kami pergi dari tanah
ini, bersembunyi sesaat, dari masalah berat. Ya setahun kami tinggal di
tempatmu, di Jakarta.”
“Sudahlah Ma…, jangan diingat-ingat
lagi masalah itu, semakin kita berpikir tentang masalah itu semakin berat dan
itu akan membuatmu sakit.”
Hari Ini Mama kelihatan lebih kurus.
Tidak seperti kemaren saat di Jakarta. Tentu karena sedang ngurus Cucu-cucumu
yang tidak sedikit. Walau lelah bersama Cucu tentu akan membuatmu bahagia sebab
tiada paling indah nikmatnya hari tua kecuali dapat berkumpul bersama
cucu-cucumu yang lucu itu.
“Mama dan Bapakmu hanya minta waktu
sesaat saja di sini, beristirahat di usia kami yang tinggal beberapa saat lagi.
Mama hanya ingin tenang di Usia Mama ini. Uban kami telah rata di sekujur
kepala. Jalan kami pun sudah tak bisa tegak.
Tiap hari kami berjualan sekedar untuk
kami bisa makan, memanfaatkan sisa uang pemberianmu yang akan cepat habis jika
tak dipakai untuk jualan. Sesungguhnya Mama sudah sangat lelah. Mama lelah
berjualan ini. Bapakmu tidak mau bantu, malah asyik dengan kerjaan apa itu yang
ngga jelas. Mama tahu itu dilakukan bapakmu karena ia sangat bingung dengan
beban ini.
Mama butuh istirahat. Siang Malam Mama
bekerja, semata agar kalian bisa sekolah dan jadi orang berhasil semua. Mama
tidak minta apa-apa, yang penting kalian semua sukses.
Mama tidak menyangka jika keadaannya
akan seperti ini. Hutang terlanjur menumpuk. Uang gajian Bapakmu telah habis
untuk menutup hutang. Kini kami makan seadanya, ya makan gado-gado dagangan
ini.
Cukup Mama. Jangan menangis. Sudahlah?
Percayalah kita akan segera keluar dari masalah ini. Aku pernah bilang sebelum
Engkau kembali ke Jawa tentang tempat ini akan dapat membuatmu teringat kembali
dengan beban-beban atau ramai para penagih yang tidak sedikit itu akan kembali
datang. Mengancam dan mengambil satu-satunya harta tersisa yang engkau miliki…>
Dan kini yang mau mengambil rumah ini
adalah adikmu sendri.? Apa maksud Mama..?
Iya Khodijah berniat menutup hutang-hutang
Mama dan Bapakmu yang sesaat terdengar seperti angin surga yang kuat bertiup
dan menyejukkan dada yang selama ini sesak lama. Tapi..>
Nama dalam sertifikat tanahnya harus
dialih nama bukan lagi atas Nama Mamamu ini tapi atas nama adikmu…?
“Khadijah punya rencana seperti itu?
Tanyaku ke Mama.
“Mama juga tidak menyangka, Koq tega
dia sama Mama.? Mama kurang apa, saat Khadijah kuliah, Mama tidak sedikit bantu
biaya. Dan Mama juga ngga pernah minta kembali.
Boleh sertifikat tanahnya dialih nama,
tapi Mama mohon nanti, kalau Mama dan Bapakmu sudah di kuburan, bolehlah
diganti nama sertifikatnya. Tapi nanti, Sungkono bilang sama Khadijah biarkan
Mama merasakan tanah Mama ini, Mama dan Bapakmu yang beli dan bangun rumah ini,
Kalian juga tinggal dan dibesarkan di sini. Sungkono ijinkan Mama tinggal di
rumah Mama sendiri ya?
Mama pengin mati di rumah sendiri.
Tolong bilang sama Khadijah, Mama ngga lama lagi di dunia ini. Bapakmu juga
mungkin tak lama. Setelah kami mati dan dikubur, sertifikat tanah itu boleh
diganti Nama atas Nama Adikmu, Tidak perlu menunggu tujuh haripun taka pa-apa
yang penting aku dapat mati diatas tanahku sendiri.
Cukup Mama. Jangan dilanjutkan. Aku tak
sanggup lagi mendengarnya. Deras air mataku mendengar ceritanya. Tidak di
Jakarta, tidak di kampong, nasib kalian tak jua memperlihatkan perubahan
positif. Seandainya aku bisa membantumu keluar dari kemelut hutang ini, akan
kulunasi hutang-hutang itu dan beristirahatlah di tanah dan rumahmu sendiri.
Aku sendiri sedang sulit. Satu juta yang kukirimkan untukmu itupun aku harus
pinjam.Anakmu yang lain sedang membangun masa depannya sendiri. Ia mungkin lupa
bahwa keberhasilannya saat ini, tak mungkin terwujud tanpa pengorbanan kalian.
Ia juga mungkin lupa bahwa
hutang-hutang yang Engkau tanggung adalah untuk membiayai sekolahnya dan juga
pernikahannya.
Mama, setelah ini aku mau bilang ke
Khadijah. Supaya ia sadar. Aku yakin ia masih Khadijah yang dulu. Setelah ini
aku juga mau bilang ke anakmu yang lain sebab aku yakin ia juga masih seperti
anak bungsumu yang dulu, yang akan menangis saat melihatmu terluka dan
menderita seperti ini.
Itulah yang membuat Mama sangat sedih. Awalnya
Kembali kesini, di kampong ini, kampong sendiri ini, kami berharap dapat tenang
karena hutang yang telah sebagian ditutup oleh Adikmu tapi justru yang terjadi
sebaliknya. Apa yang menimpa jauh lebih menyesakkan. Mama tidak tahu mengapa ia
punya pikiran itu. Sungguh ini sangat menyesakkan sebab ancaman hilang tanah
itu justru dating dari adikmu sendiri.”
Luluh lantak perasanku mendengar ceritanya. Hati
Mama hancur sehancur-hancurnya. Anak yang diharapkan dapat membantunya, anak
yang diharapkan akan membuatnya bahagia, anak yang selama ini dibiayai
kuliahnya, malah menikamnya. Ia ingini harta satu-satunya yang tersisa ini…>>>
Bagaimana mungkin seorang ibu yang
telah bersusah payah membangun rumah diatas tanah yang dia beli dengan
keringatnya sendiri harus kehilangan tanah miliknya. Bagaimana perasaanseorang
ibu saat ia harus tinggal “menumpang” sebab merubah nama dalam sertifikat tanah
itu sama artinya Mama tak punya apa-apa lagi. Mama tak punya hak lagi atas
tanah itu. Meskipun kenyatannya ia boleh tinggal disana. Tapi mama tak punya kebanggaan tanah ini. Ia tak
bisa dengan bangga mewariskan tanah ini pada anaknya. Bagaimana ia bisa hidup bebas dan tenang.?
“Mama dan Bapakmu tak mau mati
meninggalkan hutang dan beban. Kami ingin mati meninggalkan kerja keras, darah
dan air mata untuk kalian anak-anaku yang tetap akan kucinta meski dari kalian
akan marah dan membenci kami karena hutang yang banyak ini. Maafkan Mama ya..?”
Mama dan Bapak tidak perlu khawatir
sebab semua yang mama khawatirkan itu tidak akan terjadi. Aku anakmu yang
memastikan tanah ini tetap milikmu, walau sejengkal tak akan kuberikan pada
siapapun sebab aku ingin engkau tetap merasakan bahwa tanah ini adalah
milikmu.. Sertifikat Tanah ini akan tetap atas Namamu..>
Dan jika para “pengancam” tanahmu tetap
memaksa dan tak ada lagi daya kita, kembalilah ke Jakarta. Tinggalah bersamaku
sebab aku adalah hartamu yang tersisa. Walau di Jakarta ramai
dan bising, Kalian mungkin tak tahu betapa aku sangat sedih saat kalian
putuskan untuk kembali ke Jawa. Kalian tak tahu bahwa setahun bersamamu di
Jakarta aku sangat bahagia..
Sekarang jangan menangis lagi ya..! Tempat
tinggalku ini terbuka jika kalian mau kembali lagi ke Jakarta.
Adimulyo, 8 Pebruari 2015
[1]
Nama Pena, nama sebenarnya Arif Budiman,
Guru Sejarah MAN 21 Jakarta. Cilincing Jakarta Utara. Teroesir dengan Ejaan
lama adalah Inspirasi dari Karya Buya Hamka “Tenggelamnay Kapal Van Der Wick”
Langganan:
Postingan (Atom)