Gadis Madinah
adalah bahasa Majazi tentang cita-cita
pada Cinta sejati. Gadis Madinah adalah benturan pemikiran yaitu tentang Ide mendirikan
Negara Agama (baca: Islam). Di masa kemerdekaan, gerakan semacam ini terlihat
dalam gerakan Darul Islam. Di masa Orde
baru, ide itu bermetamorfosa menjadi Negara Sembilan (N-9). Darul Islam adalah sebuah
gerakan politik keagamaan di tahun 1949. Gerakan ini
dalam beberapa bentuk mengalami radikalisasi menjadi gerakan yang meresahkan.
Fenomena aksi pengeboman di gedung-gedung milik Amerika, diduga juga berasal
dari N-9. Selain itu, ada fenomena tidak wajib shalat dan pelegalan terhadap
kejahatan.
Gadis Madinah
menceritakan perjalanan Jiwa seorang
Imam Santoso dengan Sosok wanita Idaman yang digambarkannya dengan gadis
Madinah. Gadis Madinah adalah sosok seorang wanita bernama Dina Larasati (Ummu Madinah). Wanita yang sangat
didambanya. Ia bagi Imam seperti baying-bayang yang selalu lari. Imam Santoso
adalah pemuda sederhana dari sebuah kota kecil Donan, Cilacap. Ia penggemar
tema Idiologi-Agama. Ia pernah belajar agama di pesantren Tradisonal,
berkenalan dengan “Islam Baru” saat SMA. Di SMA inilah ia mulai mengenal
Idiologi Negara lewat temen satu sekolah yang sesungguhnya, mereka kawan-kawan
yang sangat baik. Hartono, teman SMA yang mengenalkanya pada Idiologi Negara
Sembilan (N-9).
Yang lain
adalah Teguh, teman satu sekolah yang memilih
garis keras sebagai pilihan idiologisnya. Ia masuk Negara Sembilan
(N-9), dan keluar dari kuliahnya di Universitas Pertanian di Bogor. Ia yang
masuk di daftar DPO pasukan Anti teroris Nasional. Ia tertangkap dan narapidana
LP Nusakambangan, di tanah sendiri. Tanah yang telah melahirkannya dan
membesarkannya dan di tanah itu juga ia akan mati dengan cita-cita
idiologisnya. Imam Santoso sangat galau melihat arus idiologi yang begitu deras
itu hingga kawan-kawan, dirinya bahkan kekasihnya terlibat dalam gerakan itu.
Miko Widyatmoko
adalah Sosok yang mengganggu hubungan cintanya dengan Ummu Madinah. Bahkan
karena Miko ia harus mengubur mimpi indahnya itu. Miko juga sosok yang
menjadikan Negara Sembilan sebagai sarana menjual Ayat-Ayat Agama semata untuk
kekayaan dan ambisi idiologisnya. Lewat Negara Sembilan, ia telah menjadi kaya
raya. Ia bersama Atasannya bisa menciptakan atau mengkader Sosok-sosok baru
yang bisa dijadikannya sangat agamis,
siap mati atau melakukan bom bunuh diri.
Makna tertinggi Gadis Madinah itu
adalah Tuhan. Dialah Dzat yang menjadi akhir perjalanan. Dengan demikian novel
ini bukan semata menyajikan dimensi politik atau Negara tapi dimensi spiritual
dan inilah pengembaraan Jiwa yang sesungguhnya. Saat manusia telah sampai pada titik Nafsul Mutmainnah, maka sejatinya ia telah sampai pada Tuhan-Nya.
Maka pencarian sejati manusia yang dalam
novel ini diwakilkan Imam Santoso adalah
saat ia atau manusia telah menemukan makna Gadis Madinah dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu Tuhan.
Yaa Ayyuhan Nafsul Mutmainnah Irji’i Ilaa
Rabbiki Raadiyatam Mardiyah. Wadhuli Fii Ibaadi Wadhulli Jannati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar