PEMBENTUKAN
KARAKTER BANGSA
Oleh: Arif Budiman[1]
Angin
kuat yang kini berhembus di dunia pendidikan kita akhir-akhir ini adalah rencana
perubahan kurikulum. Hajatnya masih sama yaitu menggapai tujuan pembentukan
karakter bangsa. Yaitu pribadi-pribadi yang cerdas, trampil dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa. Karenanya upaya menuju pembentukan karakter bangsa sangat
ditentukan lewat proses pembelajaran yang dilakukan. Kedepan pemerintah dituntut
lebih baik dalam menggapi tujuan pembentukan karakter tersebut.
Menarik
dan akan selalu menarik membicarakan tema yang satu ini sebab kurikulum adalah
ruh dalam proses pendidikan. Kurikulum yang baik akan membawa dampak yang baik
bagi tujuan pendidikan itu sendiri. Sebaliknya kurikulum yang buruk akan member
dampak buruk pada pendidikan. Begitu esensialnya pembahsan tentang kurikulum
ini, makanya perubahan dalam bidang kurikulum tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan.
Hasil
pendidikan yang digapai selama ini nyatanya belum mampu menyentuh wilayah
pembentukan karakter bangsa. Bangsa Indonesia malah telah lupa dengan tradisi
dan nilai-nilai kebangsaan. Tidak sedikiti anak bangsa lupa dengan lagu
kebangsaannya. Atau sila-sila dalam pancasila tak mampu menyebutkannya. Masih
banyak dan sering kita dengar dan saksikan di layar televisi adanya aksi
tawuran pelajar ataupun tawuran antar kampung yang disebabkan oleh hal-hal
sepele tapi masyarakat mudah merespon dan timbullah kerusuhan. Penyerobotan
tanah, pengusiran paksa pihak pemerintah atas rumah-rumah purnawirawan. Atau
aksi kerusuhan daerah menunjukkan betapa negeri telah kehilangan identitasnya
sendiri tak mampu berdiri tegak di atas tanah sendiri.
Pembentukan karakter bangsa adalah upaya
sadar negara dalam rangka membangun sikap kebangsaan yang kuat, berketuhanan,
berbudi pekerti serta memiliki ketrampilan. Hal ini senaa dengan cita-cita
pendidikan yaitu untuk membentuk manusia seutuhnya. Karakter berasal dari
bahasa ingris Character yang artinya sikap atau pola. Sehingga dalam pengertian
ini character berarti hal yang terkait dengan aspek kemanusiaan atau aspek
potensi dalam diri seseorang yang terkait dengan potensi maoral, sikap,
disiplin, bekerja keras dan lain sebagainya. Dimana dengan karakter itu
membedakan bnangsa itu dengan bangsa lain sebab karakter bangsa dibangun dari
kultur yang membentuknya.
Pancasila sebagai simbol pemersatu pun
dipertanyakan? Esensi pancasila telah bergeser atau digeser fungsinya. Banyak
orang tidak menyadari sejarah dan esensi kelahiran pancasila dalam proses
kebangsaan sehingga orang lebih menilai ini pancasila sebagai idiologi tanpa
dasar. Proses kebangsaan yang panjang, isu kebangsaan dan hilangnya rasa
nasionalisme mewarnai perjalanan bangsa ini. Tantangan kebangsaan selalu sama
hanya kulit luarnya yang berbeda. Badai terpaan globalisasi mengikis habis
esensi kebangsaan dan kebudayaan kita. Bangsa yang relijius seolah hanya
menjadi logo semata dan tidak sama dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Di tengah kengerian tentang hilangnya
karakter bangsa itu, masih ada setitik
harapan dan benih-benih nasionalisme. Masih jelas teringat di pemikiran kita
bagaimana reaksi atas kekalahan bangsa Indonesia dalam perundingan
memperrebutkan pulau Sipadan dan Ligitan. Masih membekas dalam ingatan kita
bagaimana laskar betawai siap membela negeri ini dan seluruh rakyat akan rela
berkorban demi harga diri bangsa saat Ambalat juga akan dianeksasi Malaysia.
Dalam bidang olah raga pun terlihat sangat
nyat bibit-bibit nasionalisme dalam semangat duta bangsa Tim nasional dalam
berjibaku memenangkan pertandingan sepak bola melawan negara lain termasuk
malaisia atau negara asia lainnya. Euforia sepak bola setidaknya menggema bagai
ajakan Bung karno atau Bung Tomo dengan pekik Allohu Akbar dengan tekat
mengusir penjajah ari bumi Nusantara. Tujuannya adalah menjadi negara yang
berdaulat dan dihormati bangsa lain. Bukan bangsa pecundang yang selalu kalah
atau dikalahkan bahkan dipermalukan. Lebih baik mati dari pada harus menanggung
malu. Kasus kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia bukan berita baru. Telah
sangat banyak berita penganiayaan dan penyiksaan terhadap tenaga kerja
Indonesia di malaysia. Tapi bangsa atau dalam hal ini pemerintah sepertinya
masih terkesan santai dalam penyelesaiannya. Bahkan tanpa ketegasan
menyelesaikan setiap persolan. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat
dan tangguh untuk mampu membawa karakter dan memberi contoh yang sebenarnya
tentang bagaimana karakter bangsa Indonesai yang sesungguhnya.
Pendidikan memiliki peranan sentral
dalam upaya pembanguan Karakter bangsa. Pendidikan harus mampu mencetak
generasi yang memililiki nilai kebangsaan dan jug akeagamaan yang kuat. Meskipun
sesungguhnya tema tentang karakter bangsa sesungguhnya sudah sangat lama. Namun
bukan berarti sudah selesai atau tidak perlumengangkat tema karakter bangsa.
Sebab sudah lama atau baru saja aa program itu bukan itu persolannya. Persoalan
utama terletak pada eralitas karakteryang hingga hari ini tidak nampak dalam
hasil belajar anak didik kita. Realitas sosial memperlihatkan situasi yang
sama. Artinya sama-sama memprihatinkan. Sehingga gerakan ini akan menjadi
gerakan masive kebangsaan. Pemerintah berperan sebagai inisiator dan penggerak
utama perubahan atau gerakan pembentukan karakter bangsa tersebut dengan contoh
nayat dari para pejabat.
.
[1]
Arif Budiman, Saat ini mengajar di MAN 21
Jakarta. Aktif di CENTER (Community Educator for Natin Character Building.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar